BINGAR.ID – Beratnya beban pekerjaan membangun rel kereta api dan juga berbagai infrastrukturnya itu, membuat para romusha bagai hidup segan mati tak mau. Apalagi Jepang juga diketahui sangat kejam, karena tidak peduli dengan para Romusha yang sakit.
Ditambah kondisi lingkungan yang masih berupa hutan dan semak belukar, membuat serangan berbagai penyakit tropis makin masif. Akibatnya setiap hari diperkirakan ada 500 orang romusha yang tewas, saat membangun jalur kereta api Saketi – Bayah.
Baca Juga : Menilik “Jalan Menuju Neraka” Saketi-Bayah, Jadi Bukti Kejamnya Kerja Paksa
Hingga jalur ini selesai dibangun pada setahun setelahnya, jumlah Romusha yang meninggal dunia diperkirakan lebih dari 90 ribu orang, bahkan konon sampai 100 ribu orang. Angka ini dipercaya oleh sebagian orang, cocok dengan toponimi nama Saketi, yang dalam bahasa Sunda berarti 100 ribu.
Maka tidaklah heran jalur ini dijuluki sebagai jalur kereta api maut, atau “death railways” yang oleh Harry A Poeze disebut sebagai jalur menuju neraka.
Baca Juga : Jembatan Eks Jalur Kereta Saketi-Bayah, Riwayatmu Kini
Saya mencoba menilik jalan menuju neraka itu, dari area Stasiun Saketi, yang sebagian besar relnya sudah tertimpa oleh kios-kios pedagang di Pasar Saketi. Namun, seolah masih menyimpan kemegahannya, bangunan stasiun masih ada dan berdiri dengan kokoh.
Keluarga kepala stasiun, serta eks pekerja kereta api mendiami area tersebut. Sedangkan berbagai fasilitas stasiun sudah mulai raib entah ke mana. Sekadar gambaran, dulu saat masih aktif jalur Saketi – Bayah ini, sebanyak 800 penumpang diangkut dengan 15 kereta kelas tiga setiap hari.
Baca Juga : Bermula Dari Pintu Palang Kereta Api, Kini Dikenal Dengan Sebutan “Sodong Pintu”
Sebagian besar penumpang adalah pekerja tambang dan pekerja kereta api. Tak cuma itu sebanyak 300 ton batubara diangkut ke Stasiun Saketi, dari area pertambangan di sekitar Stadiun Gunung Mandur Bayah. Jadi bisa dikatakan Stasiun Saketi ini adalah, stasiun utama pendukung pertambangan di wilayah Banten. (Bersambung)
Penulis : Chandra Dewi
Reporter Bingar.id