Voice Of Baceprot, Trio Metal Alumni Madrasah asal Garut yang Mendunia

Voice of Baceprot

Voice of Baceprot. (marchedufilm)

BINGAR.ID – Musik metal, identik dengan pria, rambung gondrong, hingga tato adalah penampakan yang lumrah terjadi di skena musik ekstrem itu.

Tapi penikmat musik di Indonesia, beberapa tahun terakhir dibuat terpesona dengan penampilan tiga ABG asal Garut yang menasbihkan diri mereka dengan nama Voice Of Baceprot (VOB).

Sejak kemunculan trio ini, penggemar musik rock dan metal dibuat kagum oleh permainan musik yang mereka kuasai. Skill itu ditunjang dengan penampilan mereka yang feminism, masih belia, dan berhijab.

Baca juga: Hari Musik Nasional 9 Maret dan Kontroversinya

Voice Of Baceprot (VOB) adalah trio beraliran rock yang beranggotakan tiga perempuan muda, Firdda Marsya Kurnia (vokal dan gitar), Widi Rahmawati (bas), dan Euis Siti Aisyah (drum). Kata “baceprot” sendiri berasal dari bahasa Sunda yang berarti berisik, dipilih karena mengacu pada aliran musik yang mereka bawakan.

Berangkat dari kecintaan mereka pada dunia seni, ketiganya mengawali perkenalan lewat dunia teater semasa mereka masih bersekolah di Madrasah Tsanawiyah di Singajaya, desa mereka yang berjarak sekitar dua setengah jam perjalanan bermobil pribadi dari Kota Garut, Jawa Barat.

Cikal bakal VOB terbilang dimulai dari Erza Satia, guru Bimbingan Penyuluhan (BP) merangkap pelatih teater di sekolah mereka. Erza atau yang biasa dipanggil Abah, tidak hanya mengenalkan mereka pada dunia teater, tapi juga kepada musik.

Baca juga: Hari Musik Nasional, Adaptasi Musisi Banten Lawan Pandemi

Awalnya, Abah memberikan referensi-referensi musik yang ada di laptop miliknya sembari mulai mengajari ketiga personel itu dasar-dasar bermain instrumen dengan peranti seadanya. Abah juga yang mendorong serta meyakinkan VOB untuk mencurahkan kreativitas dan suara mereka melalui musik.

Sejak itulah, VOB bersama dengan Abah mendalami dunia musik melalui YouTube, dari mempelajari cara bermain alat musik, mengulik musik rock dari seluruh dunia lintas waktu, mencari inspirasi membuat lagu orisinil, bahkan belajar Bahasa Inggris.

Tak heran, jika lagu pertama yang mereka rilis sebagian liriknya ada yang ditulis dalam bahasa Inggris. Nama VOB sendiri mulai mencuri perhatian ketika salah satu video penampilan mereka membawakan lagu milik Rage Against The Machine pada 2015 diunggah lewat YouTube.

Setelah itu berbagai video saat membawakan lagu-lagu dari band-band idola mereka seperti Red Hot Chili Peppers, Metallica dan Slipknot, juga membawa VOB menjadi sorotan ikon dan media mancanegara.

Baca juga: Band Metal Pandeglang, Opportunist Keluarkan Single Kedua, Plandemic (Narrow Minded)

Selain karena kepiawaian masing-masing personel dalam memainkan instrumennya, kombinasi rock/metal yang dibawakan tiga remaja perempuan berhijab dan berasal dari Indonesia itu, dipandang sebagai sebuah hal yang mengejutkan dan unik.

“Terlepas dari gender maupun hijab, kami ingin dikenal sebagai musisi yang memiliki karya yang berkualitas. Kami merasa melalui musik, kami dapat mengekspresikan apa yang kami lihat di lingkungan sekitar yang dikemas dalam sajian musik rock/metal, dan tetap menjaga identitas kami sebagai anak Singajaya-Garut, anak Indonesia, serta Muslimah,” kata vokalis VOB, Marsya.

Sejak video tersebut, VOB mulai mengepakkan sayap mereka lewat rilisan lagu original yang banyak bercerita tentang dilema sosial serta kepedulian mereka tentang isu-isu di sekitar mereka. Hingga kini “School of Revolution” telah ditonton hingga lebih dari 600 ribu viewers.

Baca juga: Heavy Metal Surabaya, Nazgul Keluarkan Dogma Jiwa Sebagai Prototipe

Selain mengunggah karya musiknya di YouTube, VOB juga menyuguhkan beragam konten yang membawa fans kepada sisi lain pribadi dan kehidupan setiap personal. Akhir 2020, ketiga personel VOB memutuskan untuk hijrah ke Jakarta.

Di ibu kota, mereka memperdalam keterampilan bermusik dari musisi-musisi senior seperti Andyan Gorust dan Alan Musyfia (drummer dan bassist Hellcrust), serta Stevi Item (gitaris Andra & The Backbone, Deadsquad).

Mereka juga memadatkan jadwal harian dengan berlatih di studio, serta menggelar workshop membuat materi-materi baru dengan bimbingan dari Stephan Santoso (gitaris Musikimia, penata rekam beberapa album sukses, di antaranya, milik Sheila On 7, Edane serta Padi). (Ahmad/Red)

Berita Terkait