PANDEGLANG, BINGAR.ID – Sebagaimana diketahui, terjadinya kecelakaan bus rombongan pelajar asal Depok di Kecamatan Ciater, Subang, Jawa Barat, yang mengakibatkan 11 orang meninggal dunia, kini kegiatan study tour menjadi sorotan.
Atas kejadian itu, Bupati Pandeglang Irna Narulita mengaku tidak melarang sekolah, untuk melakukan kegiatan study tour bagi para siswanya. Namun, panitia study tour sekolah diminta agar lebih teliti lagi, khususnya dalam memilih vendor atau penyedia jasa transportasi, dengan menjadikan kelayakan kendaraan sebagai syarat.
Baca Juga : Study Tour Disdukcapil Dinilai Tak Pantas, Kepala BKD: Jadi Catatan Kami
“Untuk sekolah yang berencana menggelar study tour, harus lebih proaktif lagi dan memastikan pihak ketiga yang capable, serta harus mampu menyelenggarakan acara dengan baik. Selain itu, sekolah juga harus memastikan kondisi kendaraan yang digunakan dalam keadaan baik,” ungkap Irna, Jumat 17 Mei 2024.
“Jadi kita buat lebih tepatnya gitu ya, kalau memang tidak harus jauh, yang lokadinys lokal Banten, kemudian memilih akomodasi transportasi atau travelnya yang tepat, terus sopirnya punya sertifikasi enggak, kendaraannya laik enggak, emisi dan lain sebagainya. Jangan lihat murahnya saja tapi busnya tidak baik,” sambungnya.
Baca Juga : Kadisdukcapil Buka Suara Soal Boyong Pegawai Study Tour ke Yogya
Irna mengaku dirinya enggan mengambil keputusan untuk melarang sekolah melaksanakan study tour.
“Saya tidak berani mengambil keputusan tidak boleh ada study tour, karena memang semua harus dipelajari secara komperhensif, biar anak-anak kita itu punya ilmu, mengadopsi kemajuan daerah lain baik secara lokal maupun secara nusantara yang bisa mereka pelajari,” harap Bupati Pandeglang ini.
Irna menjelaskan bahwa yang paling utama ialah transportasinya. Penting untuk memilih travel yang memiliki izin lengkap demi kenyamanan dan keamanan peserta study tour itu sendiri.
Baca Juga : Intip Anggaran JRSCA, Rumah Baru Bagi Badak Jawa di TNUK
“Tapi yang paling utama itu izin bus transportasinya harus lengkap. Memang prihatin, namun sekolah-sekolah sekarang perlu berpikir dua kali sebelum melakukan study tour. Banyak hikmahnya, ini jadi pelajaran agar kejadian serupa tidak terulang,” jelasnya.
Irna melanjutkan, jika study tour dilarang, siswa tidak akan memiliki kesempatan untuk berpikir terbuka dan memperoleh ilmu serta pengalaman yang luas.
“Ibu juga tidak mau ya anak-anak kita kehilangan kesempatan untuk berpikir secara terbuka. Study tour perlu diadakan jika memang bermanfaat, jika tidak, tidak perlu dipaksakan,” ujarnya.
Ia menambahkan, jika diperlukan, sekolah bisa bekerja sama dengan sekolah lain, misalnya di Jawa Barat atau Jawa Tengah untuk melakukan kunjungan.
“Mungkin dengan cara ini, tidak semua siswa harus ikut, cukup perwakilan saja. Namun, ilmu yang didapat bisa tetap kita adopsi dan terapkan di sini,” tutupnya. (Sandi/Adyt)