BINGAR.ID – Peringatan Hari Ibu Ke-92 Tahun 2020 mengangkat tema “Perempuan Berdaya Indonesia Maju”. Tema tersebut diambil sebagai suatu upaya untuk mengembalikan pemaknaan Hari Ibu di Indonesia, yakni untuk mengapresiasi serta meneladani perjuangan kaum perempuan pada tahun 1938. Di mana Kongres Perempoean Indonesia ke-3 diadakan di Bandung dan menjadi dasar penetapan Hari Ibu.
Hari Ibu menjadi salah satu peringatan penting di Indonesia. Namun mungkin banyak diantara Anda yang belum mengetahui alasan Hari Ibu selalu diperingati setiap tanggal 22 Desember.
Baca juga: Hari Kartini : Perempuan Era Milenial Harus Cerdas dan Kritis
Setidaknya ada lima alasan kenapa hari ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember.
1. Tanggal 22 Desember merupakan hari diselenggarakannya kongres perempuan pertama
Hari Ibu ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 yang menetapkan tanggal 22 Desember sebagai hari ibu. Hal ini karena pada tanggal tersebut pertama kalinya diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang dilangsungkan di Yogyakarta tahun 1928. Peristiwa ini dikenang sebagai awal mula perjuangan kaum perempuan di Indonesia.
Pada tanggal tersebut berbagai pemimpin dari organisasi perempuan di seluruh Indonesia berkumpul untuk bersatu dan berjuang untuk kemerdekaan serta perbaikan nasib kaum perempuan.
2. Banyaknya warga Indonesia yang protes terhadap Hari Kartini
Ketika Presiden Soekarno menetapkan Hari Kartini sebagai bentuk penghargaan terhadap aktivis yang memperjuangkan emansipasi wanita, yaitu R.A Kartini, banyak warga Indonesia pada saat itu memprotes kebijakan Presiden karena Kartini dianggap hanya melakukan perjuangan di daerah Jepara dan Rembang.
Baca juga: 1 Desember, Diperingati Sebagai Hari AIDS Sedunia
Kartini juga dianggap lebih pro terhadap Belanda. Untuk menghindari protes dari para warga tersebut, Presiden Soekarno yang terlanjur sudah menetapkan Hari Kartini, akhirnya menetapkan Hari Ibu untuk mengenang para pahlawan perempuan lainnya.
3. Pidato Djami (Organisasi Darmo Laksmi) berjudul “iboe”
Sementara perempuan hanya boleh berkutat dalam urusan rumah tangga. Pandangan usang itu mengakar kuat bahkan hingga saat ini. Pendidikan bagi perempuan juga dianggap tidak penting karena selalu berakhir ke dapur.
Tetapi, Djami mempunyai pendapat lain soal itu. Ia mengatakan:
“Tak seorang akan termasyhur kepandaian dan pengetahuannya yang ibunya atau perempuannya bukan seorang perempuan yang tinggi juga pengetahuan dan budinya.”
Yang artinya adalah tidak akan berhasil seorang anak jika ibunya tidak memiliki pengetahuan dan budi yang baik.
4. Para pahlawan perempuan Indonesia berkumpul menjadi satu membela hak perempuan
Hampir seluruh agenda dalam kongres ini membicarakan hak-hak perempuan. Hal itu bisa dilihat dari pertemuan hari kedua kongres, di mana Moega Roemah membahas soal perkawinan anak. Pada zaman dahulu sebelum kemerdekaan, perempuan acap kali dikawinkan walau masih belia.
Baca juga: Peringatan Hari Pancasila 2020 Menguji Daya Juang Bangsa
Perwakilan Poetri Boedi Sedjati (PBS) dari Surabaya juga menyampaikan tentang derajat dan harga diri perempuan Jawa. Kemudian disusul Siti Moendji’ah dengan “Derajat Perempuan” dan Nyi Hajar Dewantara—istri dari Ki Hadjar Dewantara— yang membicarakan soal adab perempuan.
5. Perjuangan para pahlawan perempuan, “seorang ibu yang inginkan keturunannya sekolah”
Para pahlawan perempuan seperti Rohana Koedoes, Kartini, dan juga Dewi Sartika memiliki peran penting dalam pembangunan sekolah-sekolah untuk perempuan di Indonesia. Mereka berpikir bahwa seorang ibu yang pintar dan cerdas akan memiliki modal besar untuk menjadikan anaknya pintar.
Terlepas dari itu semua, Hari Ibu adalah momen di mana kita mengingat semua jasa-jasa yang pernah dilakukan oleh Ibu kita. Mungkin kita belum bisa membalas semua itu, atau bahkan kita belum menjadi anak yang baik.
Jadi, sudahkah Anda mengucapkan dan memberi hadiah kepada ibu Anda? (Ahmad/Red)