Bibir Lantai Jembatan Cikadueun Ambrol, Diduga Dampak Dari Ablasi

Kondisi bibir lantai jembatan Cikadueun yang ambrol dan menyisakan lubang besar, yang cukup membahayakan bagi pengguna jalan. Ishana

PANDEGLANG, BINGAR.ID – Bibir lantai Jembatan Cikaduen, yang berada di Desa Cikadueun, Kecamatan Cipeucang, Kabupaten Pandeglang. Amblas dan membentuk sebuah lubang besar memanjang, juga membuat  rangka tembok jembatan terlihat patah, akibat tak kuat menahan derasnya terjangan arus sungai yang berada dibawahnya.

Dari hasil pantauan Bingar.id di lokasi, arus sungai Cikadueun tersebut terlihat cukup deras, namun lebar maupun tinggi jembatan tergolong sempit dan dangkal. Sehingga dengan kondisi ambrolnya bibir jembatan itu, menyebabkan jalur menuju Labuan yang merupakan jalur utama ke wilayah Selatan Pandeglang, menjadi terganggu dan membahayakan pengguna jalan.

Baca Juga : Dua Jembatan di Cimanggu Ambruk, Aktivitas Warga Lumpuh Total

Dari lokasi ambrolnya jembatan hingga ke lokasi lahan parkir penjarahan Cikadueun yang jaraknya kurang lebih sekitar 100 meter tersebut, tak tampak tanaman berakar tunggang yang bisa mengikat tanah di pinggir sungai agar tak longsor. Sehingga mengakibatkan aliran sungai yang cukup deras itu, mengikis tanah yang ada di sepanjang alirannya, atau terjadi proses ablasi yang intens.

Apa lagi bila di musim hujan dengan intensitas dan curah hujan yang tinggi, proses ablasi pun semakin intens terjadi, sehingga bagian penopang lantai jembatan atau gorong-gorong lenyap. Hal inilah yang memperbesar resiko terjadinya jembatan putus, bila tidak segera di perbaiki.

Baca Juga : Selain Banjir, Hujan Deras di Pandeglang Sebabkan Jembatan Ambruk

“Nggak cuma itu, kami warga disini juga sering menolong pengendara motor dan mobil yang roda kendaraannya kejeblos ke lubang. Kan walaupun udah diberi papan peringatan tapi namanya apes bisa aja kan terjadi, apalagi ini belokan dan kalau malam penerangan jalan nggak ada, jadi gelap gitu, “terang Nur (62) warga yang rumahnya berada di sisi jembatan.

Ablasi di daerah tersebut, bukanlah yang pertama terjadi. Dari catatan Bingar.id kondisi serupa pernah terjadi sekira tahun 2000an di dekat gerbang Penziarah Syech Maulana Mangshur. Saat itu bagian dapur sejumlah warung makan yang terletak di tebing Sungai Cikadueun ambrol karena pergerakan tanah yang disebabkan oleh ablasi Sungai Ciakdueun.

Baca Juga : Jembatan di Jiput Pandeglang Hanyut Digerus Banjir Bandang

Hal yang sama juga terjadi di Desa Kadudampit, Kecamatan Saketi, yang lokasinya bersebelahan dengan Cikadueun. Kala itu yang jadi korban adalah rumah rumah penduduk di sepanjang area sebelah kiri jalan Raya Labuan, yang letaknya di tebing Sungai Cikadueun. Hingga kini sebagian besar rumah-rumah tersebut tak dihuni lagi karena warga takut lantai rumahnya ambrol tergerus air sungai.

Dari data Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD-PK) Kabupaten Pandeglang, Kecamatan Cipeucang dan Saketi termasuk daerah yang rawan pergerakan tanah.
Selain dua kecamatan itu, ada sejumlah kecamatan lain yang daerahnya merupakan daerah berpotensi menengah hingga tinggi peristiwa pergerakan tanah, yaitu Kecamatan Cadasari, Karangtanjung, Majasari, Pulosari, Mandalawangi, Jiput, Cisata, Panimbang, Cikeusik, dan Sumur.

Hingga Minggu 5 Februari 2023 ini, belum ada tindak lanjut dari pihak pemerintah. Hanya dipasang plang peringatan warna kuning yang bisa dibaca pengendara dari arah Pandeglang bertuliskan “hati-hati jalan rusak, kurangi kecepatan”. Sedangkan dari arah Labuan juga dipasang plang yang lebih kecil tepat di atas lubang di jembatan. Plang itu bertuliskan hati hati penyempitan jalan di kiri dengan logo Kementerian PUPR. (Ishana)

Berita Terkait