Bansos Dianggap Tak Efektif Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Ilustrasi Dana Bansos

JAKARTA, BINGAR.ID – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad menilai, bantuan sosial (Bansos) yang dikucurkan oleh pemerintah tak efektif dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Meski realisasi program Perlindungan Sosial per 2 November telah mencapai Rp176,38 triliun atau 86,51 persen dari pagu Rp203,9 triliun, namun konsumsi rumah tangga (RT) masih terkontraksi sebesar 4,04 persen pada kuartal III lalu jika dibandingkan 2019.

Untuk kategori konsumsi makanan dan minuman selain restoran, pertumbuhan negatif masih terjadi yakni minus 0,69 meski telah diguyur bantuan sosial.

Baca juga: Jumlah Aduan Soal Bansos Covid-19 di Pandeglang Diklaim Sedikit

Artinya, kata Tauhid, masyarakat belum mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melihat realisasinya yang sudah besar dan anggaran yang juga jumbo namun tingkat konsumsi RT masih rendah membuat Tauhid berkesimpulan terdapat persoalan akurasi sasaran.

“Ada persoalan soal sasaran, data yang tidak benar, dan jumlah yang tidak memadai sampai jenis sembako yang menggeser pola perilaku konsumsi di tengah masyarakat. Ini yang menggerus hingga setengah dari penduduk tidak optimal memanfaatkan bantuan,” jelasnya seperti yang dikutip dari CNN Indonesia, Senin (9/11/2020).

Baca juga: Lebih Baik Naikkan Harga Gabah Petani Daripada Beri Bansos Covid-19

Selain persoalan salah sasaran bansos untuk masyarakat menengah bawah, ia menilai masih konsumsi masyarakat pada kuartal III lalu masih rendah. Disebabkan oleh rendahnya kepercayaan konsumsi masyarakat menengah.

Menurut survei konsumen Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2020 tercatat sebesar 83,4, turun dari Agustus 2020 yaitu 86,9. Angka ini mencerminkan rendahnya kepercayaan konsumen yang berada di zona pesimis atau di bawah 100.

Tak hanya IKK, perbaikan konsumsi masyarakat menengah yang tercermin dari pertumbuhan transportasi dan komunikasi serta hotel dan restoran masih terkontraksi.

Baca juga: 200 Kepala Daerah Dinilai Berpotensi Manfaatkan Bansos Untuk Pencalonan Pilkada

Untuk transportasi dan komunikasi, meski membaik namun pada kuartal III masih tercatat kontraksi sebesar 11,56 persen. Diikuti oleh pertumbuhan hotel dan restoran yang terkontraksi 10,9 persen untuk periode sama.

Ini artinya, masyarakat menengah masih enggan melakukan perjalanan dan konsumsi seperti normal.

“Faktor trust terhadap layanan transportasi, restoran, dan hotel dari konsumen kelas menengah belum timbul, mereka belum percaya. Ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen,” ucapnya. (Ahmad/Red)

Berita Terkait