PANDEGLANG, BINGAR.ID – Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (Loka PSPL) Serang, Direktorat Jendral Pengelolaan Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerjasama dengan Forum Pelestari Terumbu Karang (F-PTK) Banten, menggelar Sosialisasi Konvensi Keanekaragaman Hayati Laut dan Gerakan Rehabilitasi Terumbu Karang (GRTK), Rabu (25/11/2020).
Acara yang digelar di Aula Kantor Loka PSPL Serang, Labuan tersebut dibuka secara resmi oleh Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, KKP, Andi Rusandi, dan dihadiri perwakilan dari Dinas Kelautan & Perikanan (DKP) Provinsi Banten, Dinas Perikanan Kabupaten Pandeglang, Wakil Rektor Universitas Mathlaul Anwar, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian & Nelayan Nadhlatul Ulama (LPPNNU), dan sejumlah komunitas lain yang memiliki perhatian terhadap konsistensi lingkungan.
Baca juga: 650 Ribu Ton Sampah Cemari Laut Setiap Tahun, Terumbu Karang Terancam Rusak
“Kami sangat apresiasi dengan kegiatan hari ini yang dihadiri lintas komunitas peduli lingkungan yang tergabung dalam F-PTK Banten. Ini menggambarkan adanya komitmen dari masyarakat Banten, khususnya di wilayah Kabupaten Pandeglang dalam mendukung konservasi dan keanekaragaman hayati laut,” kata Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, KKP, Andi Rusandi via webinar.
Ditambahkan Andi, luas areal terumbu karang di Indonesia mencapai 2,5 juta hektare, dengan jumlah luas tertinggi ada di Sulawesi, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Papua. Dengan jumlah itu, pemerintah pusat mengakui sulit melakukan pengendalian kondisinya, sehingga dibutuhkan peran aktif dari seluruh komponen masyarakat, termasuk juga dukungan dari pemerintah daerah.
Baca juga: Peran Penting Terumbu Karang yang Kini Sering Diabaikan
Lebih lanjut dijelaskan, kerusakan terumbu karang di Indonesia saat ini cukup besar dikarenakan faktor alam dan manusia.
“Namun, tidak perlu khawatir, perairan laut Indonesia dibanding beberapa negara lainnya, termasuk kategori jernih. Hasil riset dari Universitas di Australia bekerjasama dengan WWF Regional, perairan di Indonesia memiliki daya lenting yang sangat tinggi. Artinya, ketahanan terumbu karang di Indonesia mencapai 41 persen, sementara negara lain di bawah 10 persen,” tandasnya.
Hal senada dikatakan Kepala Loka PSPL Serang, Syarif Iwan Taruna Alkadrie. Dikatakannya, dengan kegiatan yang digelar bersama F-PTK Banten, diharapkan adanya sinergitas program atau kegiatan dari Loka PSPL pada tahun-tahun yang akan datang.
Baca juga: F-PTK Rangkul Puluhan Komunitas Rehabilitasi Terumbu Karang
Sementara itu, praktisi konservasi laut, Mumu Muamalah dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) menegaskan, penanganan dan pengelolaan pesisir dan laut harus terintegrasi, mulai dari terumbu karang, padang lamun dan mangrove.
“Setahu saya, di pesisir dan laut Banten ini belum menemukan adanya keteraduan pengelolaan pesisir laut yang meliputi tiga hal tersebut. Selain itu, program dan kegiatannya harus berkelanjutan,” pesannnya.
Baca juga: Rhino Dive Academy, Sekolah Selam Pertama di Banten Diresmikan
Koordinator F-PTK Banten, Nurwata Wiguna menambahkan, pihaknya sudah menyusun Rencana Strategis Gerakan Rehabilitasi Terumbu Karang (GRTK) Panca warsa I (2021-2025) yang nantinya akan dijadikan pedoman aksi lima tahun ke depan.
“Hari ini, draft Renstra GRTK ini kami sosialisasikan kepada anggota forum. InsyaAllah, draft ini akan dibahas secara detil bersama dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga forum pada acara musyawarah, pertengahan Desember 2020 mendatang,” tandasnya. (Red)