JAKARTA, BINGAR.ID – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai pandemi Covid-19 dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memicu peningkatan angka putus sekolah dan perkawinan anak.
“Dari temuan KPAI, ada 119 peserta didik yang menikah, laki-laki maupun perempuan, yang usianya berkisar 15-18 tahun,” kata Komisioner KPAI, Retno Listyarti, dalam keterangannya, Rabu, 17 Februari 2021.
Baca juga: Nadiem Akui PJJ Sebabkan Banyak Siswa Putus Sekolah
Temuan itu didapat dari hasil pengawasan KPAI terhadap penyiapan buka sekolah di masa pandemi pada 8 provinsi, khususnya di Pulau Jawa, NTB, dan Bengkulu. Dalam pengawasan tersebut, KPAI menerima laporan dari kepala sekolah bahwa ada peserta didiknya putus sekolah karena beberapa sebab.
“Misalnya tidak memiliki alat daring, kalaupun punya tidak mampu membeli kuota internet, sehingga anak-anak tersebut selama berbulan-bulan tidak mengikuti PJJ, dan akhirnya ada yang memutuskan bekerja dan menikah,” ujarnya.
Menurut Retno, pihak sekolah mengetahui siswanya menikah atau bekerja dari kunjungan ke rumah orang tua peserta didik, yang berawal dari absennya anak-anak tersebut saat PJJ berlangsung.
Berdasarkan data yang diperoleh, jenis pekerjaan para siswa umumnya bersifat informal, seperti tukang parkir, kerja dicucian motor, bekerja di bengkel motor, di percetakan, berjualan bensin di rumah, asisten rumah tangga (ART), dan membantu usaha orang tua yang tidak mampu membayar karyawan.
Baca juga: Menag Ungkap Dua Kendala Selama Pembelajaran Jarak Jauh
KPAI juga meminta anak-anak yang berpotensi putus sekolah karena tidak punya biaya. KPAI mendorong Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan Dinas-dinas PPPA di berbagai daerah untuk mengkampayekan bahaya perkawinan anak dan putus sekolah di masa pandemi Covid-19.
KPAI pun mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan dinas pendidikan melakukan pemetaan dan membuat program pembagian alat daring untuk Pembelajaran Jarak Jauh. ” Bagi daerah yang blank spot diberikan bantuan penguat sinyal sehingga PJJ dapat berlangsung, anak-anak tetap memiliki keteraturan dalam pembelajaran,” kata Retno. (Ahmad/Red)