Mirisnya Nasib Pasutri Lansia di Wanasalam, Sakit-sakitan dan Tinggal di Gubuk Reyot

Pasutri Lansia

Sarkut (86) dan Rokayah (60) yang hidup memprihatinkan. (Bingar/Syamsul)

LEBAK, BINGAR.ID – Daerah dengan sumber daya alam yang melimpah, tidak serta merta membuat masyarakatnya hidup sejahtera. Sebaliknya, kemiskinan justru menjadi potret memilukan di tengah lanskap alam yang kaya, seolah tetap dipelihara.

Potret itu, bisa dilihat dari kehidupan pasangan suami istri yang tinggal di Kampung Sukasari, RT 14 RW 03, Desa Bejod, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak.

Di daerah ini, tinggal Pasutri lansia, Sarkut (86) dan Rokayah (60) yang hidup memprihatinkan. Diusia senjanya, mereka harus tinggal di gubuk reyot berdiameter 4 x 3 dan hanya berdinding bambu.

Baca juga: Pasutri di Kaki Gunung Karang Tinggal di Gubuk Reot

Wartawan Bingar.id yang coba mengunjungi Pasutri ini, mendapati bahwa keadaan rumah Sarkut dan Rokayah jauh dari kata layak. Dinding rumah mereka sudah usang dan lapuk. Akibatnya beberapa bagian dinding banyak yang berlubang. Kondisi itu membuat Sarkut dan Rokayah harus bertahan disapu dingin setiap malam.

Bukan hanya dinding rumah yang berlubang, atap “istana” mereka juga meninggalkan rongga-rongga yang akan dengan mudah disusupi guyuran hujan.

Fasilitas dalam rumah juga tak kalah pilu. Sarkut membagi rumahnya menjadi dua kamar, tapi itu ternyata tak cukup membuat nyaman. Karena mereka juga harus hidup dengan tumpakan barang-barang yang tak lagi layak digunakan.

Potret rumah Sarkut dan Rokayah. (Bingar/Syamsul)

Kisah miris pasangan itu tak sampai pada kondisi rumahnya. Fisik mereka pun tak kalah memprihatinkan. Sang istri, Rokayah mengidap amnesia sehingga sulit untuk berkomunikasi.

Pun begitu dengan Sarkut. Ia belakangan mulai sakit-sakitan, terutama sejak bulan puasa lalu. Untuk berbicara pun ia terbata-bata, karena mengaku sering menggigil. Memburuknya kesehatan Sarkut itu, karena ia tidak bisa berobat lantaran tak memiliki biaya. Sebab untuk makan pun, mereka hanya mengandalkan belas kasihan tetangga.

Hingga kini, dia belum mengetahui pasti penyakit apa yang diderita. Karena ia tidak memiliki cukup uang untuk berobat ke rumah sakit. Yang dirasakan saat ini, tubuhnya sering mengalami panas dan kerap menggigil.

“Berobat paling periksa saja. Kemarin sudah diperiksa tapi darahnya tinggi. Jalan juga tidak kuat. Belum makan, makan kalau (tunggu) ada yang ngasih dari tetangga,” ucap Sarkut sambil menahan rasa sakit di kamarnya , Jumat (21/5/2021).

Sarkut dan Rokayah harus hidup dengan tumpakan barang-barang yang tak lagi layak digunakan. (Bingar/Syamsul)

Sarkut menceritakan jika ia memiliki lima orang anak. Namun kelimanya sudah berumah tangga dan menetap di luar daerah. Hal itu membuat Sarkut dan istrinya kesulitan untuk memberi kabar kepada anak-anaknya. Akibatnya, sampai saat ini belum ada anaknya yang datang mengunjungi.

“Anak mah ada lima tapi sudah pada rumah tangga dan ada yang tinggalnya di jauh, di Lampung,” katanya lirih.

Baca juga: Janda di Pandeglang Tinggal di Gubuk Mirip “Kandang Ayam”

Dia mengaku, sebelum tubuhnya sakit-sakitan, ia dikenal sebagai kuli di sawah.

“Paling ya kerja di sawah orang gitu. Tapi karena sekarang mah sudah tidak kuat badannya jadi di rumah saja,” tuturnya. (Syamsul/Red)

Berita Terkait