LEBAK, BINGAR.ID – Sempat viral beberapa tahun lalu dan dikunjungi ribuan orang, lokasi wisata alam tebing Gunung Luhur di Desa Citorek Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kini tak seramai dulu. Lokasinya yang sulit diakses, ancaman longsor yang mengintai, serta pemberlakuan aturan penutupan lokasi wisata saat pandemi Covid-19 membuat wisata ini kini sepi pengunjung.
Pantauan Bingar.id, pada long weekend Isra Miraj dan Nyepi Maret 2021 lalu, tak terlihat pengunjung memadati di lokasi tersebut. Hanya terlihat satu dua orang saja di sana. Warung-warung serta pondokan atau area camping yang biasanya dipadati pengunjung terlihat lengang bahkan sebagian besarnya sudah tutup. Sesekali terlihat warga setempat melewati lokasi tersebut untuk menuju ke Warung Banten dan selanjutnya ke Bayah.
Disejumlah ruas jalan juga terlihat tebing-tebing yang longsor. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena mengancam keselamatan pengunjung maupun masyarakat setempat yang melewati lokasi tersebut.
Baca juga: Destinasi Wisata di Lebak Masih Ditutup Untuk Umum
Tak hanya itu, akses menuju ke objek wisata Gunung Luhur dari arah Kecamatan Cipanas juga belum diperbaiki pasca-banjir bandang yang melanda sejumlah kecamatan di wilayah utara Kabupaten Lebak tersebut. Inilah yang membuat akses menuju Gunung Luhur terbilang merepotkan apalagi bagi mereka yang menggunakan kendaraan single gardan atau kondisi kendaraannya kurang baik.
Pantauan Bingar.id, hambatan pertama yang harus dihadapi calon pengunjung objek wisata Gunung Luhur sudah dimulai sejak daerah Cipanas berupa jalanan rusak di daerah Kampung Bujal. Jalanan di area ini rusak setelah diterjang banjir dari meluapnya Sungai Ciberang. Tak jauh dari sana tepatnya setelah melewati Ponpes La Tansa lagi-lagi kita menemukan hambatan lain berupa longsor yang memakan sebagian besar badan jalan.
Mobil berbadan besar harus mengurangi kecepatan agar rodanya bisa melewati sisa jalanan yang sempit. Rute lainya menuju Gunung Luhur via Kecamatan Bayah juga kondisinya rusak. Terutama setelah Jembatan Bantar Karang di kawasan Warung Banten. Mobil dengan suspensi rendah dan single gardan dipastikan keok melewati rute tersebut.
Hambatan kedua adalah di Tanjakan Cinyiru Kecamatan Lebak Gedong. Jalanan yang rusak dipadu area tanjakan yang panjang serta kemiringan tajam membuat banyak kendaraan kehilangan tenaga dan akhirnya terpaksa mundur di tanjakan tersebut. Beruntung banyak warga setempat yang biasa membantu pengendara dengan cara mendorong kendaraan yang macet di tengah tanjakan. Tak hanya mobil, banyak pengendara motor yang keok saat melewati lokasi ini. Mayoritas mengalami putus rantai motor karena roda yang dipaksa berputar demi sampai ke puncak tanjakan.
Selanjutnya, hambatan lain berada di Kampung Muhara, Desa Ciladaeun, Kecamatan Lebak Gedong. Di lokasi itu jembatannya putus dihantam banjir setahun lalu dan hingga kini jembatan yang baru belum dibangun kembali. Oleh karena itu, kendaraan roda empat terpaksa melewati jalanan darurat melintasi sungai dan kemudian langsung menghadapi tanjakan tanpa aspal dengan batu batu besar yang menonjol. Hal ini hanya bisa dilakukan saat sungai tak meluap. Bila sungai meluap maka mobil tak bisa lewat. Untuk motor juga melewati jalanan darurat itu, namun bila banjir terpaksa lewat jembatan gantung butut yang kondisinya memprihatinkan karena terlihat rapuh. Menempuh jembatan gantung tersebut juga memperpanjang jarak tempuh karena kita terpaksa memutar dari rute awal.
Desi Rachmaldini, pecinta alam dari Komunitas Jalan Satapak yang kerap menggelar acara open trip ke Gunung Luhur juga mengeluhkan kondisi tersebut.
“Emang sih kalau akses rada ngeri-ngeri sedap. Apalagi kalau hujan karena Jembatan Muharanya belum diperbaiki jadi darurat banget karena kalau hujan kita enggak bisa lewat. Motor harus melewati jembatan gantung sampai dua kali dan kalau buat roda empat harus muter ke Kecamatan Sobang jadi makin jauh gitu dan ongkos perjalanan membengkak,” ceritanya.
Baca juga: Salakanagara Kerajaan Tertua di Bumi Nusantara
“Selain itu sebelum berangkat kita juga harus kontekan dengan masyarakat setempat untuk menanyakan kondisi cuaca. Bila hujan terpaksa trip kita tunda atau bahkan bila cuaca tak mendukung kita batalkan demi keamanan wisatawan yang kita pandu,” sambung Desi sambil berharap pemerintah segera membangun Jembatan Muhara dan terutama memperbaiki titik titik longsor agar keamanan wisatawan terjamin.
Pasalnya dia menilai, Wisata Gunung Luhur merupakan destinasi wisata yang bisa memberikan banyak manfaat buat warga sekitar.
“Makanya bisa banget untuk meningkatkan perekonomian di pedesaan. Oleh karena itu kami mohon agar diperbaiki yang rusak dan longsornya,” harapnya.
Seorang warga Tangerang, Sri Hidayati yang ditemui dalam perjalanan menuju Citorek mengaku lumayan kesulitan menghadapi kondisi jalan yang rusak dan longsor. Kata dia, selain kondisi kendaraan yang prima juga dibutuhkan sopir yang lihai bermanuver.
“Sopirnya harus ahli dan lebih baik mengenal medan karena bisa dibilang sebagian besar jalanan menuju Citorek rusak berat,” kata Sri yang mengaku terpesona akan keindahan alam daerah Citorek sehingga berharap jalanan segera diperbaiki agar wisatawan bisa mengakses aneka keindahan alam di sana. (Ishana/Red)