JAKARTA, BINGAR.ID – Belakangan ini, virus nipah dari Malaysia jadi kekhawatiran bagi ahli kesehatan dunia. Hingga kini pun belum ditemukan vaksin yang cocok. Kekhawatiran terhadap virus yang berasal dari nama sebuah kampung di Malaysia, Sungai Nipah, itu muncul, sebab virus nipah disebut memiliki tingkat kematian 75 persen.
“Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah. Karena dari beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kelelawar buah bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera khususnya Sumatera Utara yang dekat dengan Malaysia,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto dikutip dari CNNIndonesia.com, Kamis (28/1/2021).
Baca juga: Inilah Jenis Virus Corona Penyebab Covid-19 di Dunia
Kendati demikian, Didik menegaskan hingga saat ini virus nipah belum pernah dilaporkan terindikasi di Indonesia. Meski pada 1999 virus tersebut menyerang negeri jiran, sehingga menyebabkan kematian pada ternak babi, dan juga manusia.
“Sampai saat ini kejadian infeksi virus nipah belum pernah dilaporkan di Indonesia,” tegasnya.
Didik menjelaskan berdasarkan dari hasil penelitian yang sempat dilakukan pihaknya, dan potensi ancaman virus itu masuk ke tanah air. Ia pun mewanti-wanti agar seluruh pihak mawas soal asal mula penyebaran virus tersebut melalui perdagangan hewan ternak.
Apalagi di tengah kondisi pandemi virus corona (Covid-19) ini, ia meminta seluruh pihak tetap bersama-sama mengencangkan sabuk untuk menghalau potensi terjadinya epidemi hingga pandemi baru di Indonesia.
“Sehingga ada kemungkinan penyebaran virus nipah melalui kelelawar atau melalui perdagangan babi yang ilegal dari Malaysia ke Indonesia,” ujarnya.
Baca juga: Pasien Virus Corona Bertambah, Perbanyaklah Baca Doa Ini
Virus ini menyebar pertama kali di Malaysia pada 1999. Diduga hampir 300 orang tertular virus itu dari kawanan babi yang terinfeksi. Babi itu diduga sakit karena terjangkit virus Nipah, setelah menyantap sisa buah yang dimakan oleh kelelawar dari famili Pteropodidae yang membawa virus itu.
Wabah itu berakhir setelah sekitar satu juta ekor babi dikorbankan. Namun, jumlah orang yang meninggal akibat terjangkit virus itu mencapai 109. Melihat potensi ancaman itu lagi, pada Maret 2020 lalu, Koalisi untuk Persiapan Epidemi (CEPI) mengucurkan anggaran US$25 juta untuk penelitian dan uji klinis vaksin virus nipah terhadap manusia. (Ahmad/Red)