https://ceksertifikat.sucofindo.co.id/columb/ https://regmaba.upnvj.ac.id/dokumen-daftarulang/agenda/ https://verdok.sucofindo.co.id/ciak/ https://eproc.approperti.co.id/files/ https://verdok.sucofindo.co.id/alloperator/ https://verdok.sucofindo.co.id/prison/ https://playerunknowns.net/
Hidden Gem Tinggalan Belanda di Seputaran Perkotaan Pandeglang 2

Hidden Gem Tinggalan Belanda di Seputaran Perkotaan Pandeglang 2

Cerobong asap yang berada di salah satu bagian rumah peninggalan Belanda yang kini ditinggali oleh keluarga purnawirawan TNI di samping SDN 4 Pandeglang. Chandra Dewi

Rukiyah, Janda Tentara Penghuni Rumah Eks Mess TNI

PANDEGLANG, BINGAR.ID – Kata perempuan berusia 83 tahun itu, dulu, area di belakang gedung Grha Pancasila saat siang hari adalah area yang asri, karena ditanami pohon asam jawa sebagai peneduh. Namun menjelang malam, area tersebut menjadi agak temaram karena gedung SDN 2 merupakan gedung buatan Belanda yang kokoh dengan tembok yang tebal sehingga menyisakan aura muram. Apalagi kala itu, belum banyak penduduk lokal yang tinggal di sana, karena area tersebut sebelumnya adalah area yang ditempati orang-orang Belanda, sehingga tidak bisa sembarangan ditempati oleh warga lokal atau biasa disebut pribumi.

Saat gedung SDN 2 diruntuhkan dan diganti dengan yang baru, pohon-pohon asam itu juga ditebang. Saking kokohnya bangunan sekolah itu, harus diruntuhkan dengan menggunakan alat berat yang sekaligus dipakai untuk mencabut akar pohon asam jawa. Selain di lokasi itu, kata Rukiyah, banyak pohon asam jawa yang ditanam oleh Belanda. Salah satunya berada di halaman Kodim Pandeglang. Sayang pohon asam Jawa terakhir di area sekitar Alun-Alun Pandeglang itu runtuh sekira tahun 90an.

Baca Juga : Hidden Gem Tinggalan Belanda di Seputaran Perkotaan Pandeglang 1

bersama 5 keluarga lainnya, rukiyah sekeluarga menempati dua buah rumah besar eks rumah Belanda yang ruangannya di sekat-sekat hingga cukup untuk 6 keluarga tersebut. Oleh karena itu hingga kini, di setiap rumah masih ada pintu-pintu yang semula menjadi penghubung antara ruangan satu dengan ruangan yang lain di dalam bangunan itu. Karena ditempati oleh keluarga yang berbeda, maka pintu tersebut dipatenkan sehingga tidak bisa dibuka lagi. Namun bila kita lihat dari luar, masih tetap terlihat keunikan dan ciri khas bangunan tersebut, melalui atap bangunan yang bentuknya memanjang dan berbentuk primsma.

Dari pengamatan saya, bangunan pertama menghadap ke arah Utara atau kini ke kantor Inspektorat Pandeglang. Namun, oleh keluarga yang menempatinya, pintunya diubah menghadap ke timur atau ke arah SDN 4 Pandeglang (saat ini-red), karena rumah itu difungsikan sebagai warung dan dengan diubah arah pintu, maka anak-anak sekolah bisa dengan mudah mengaksesnya.

Baca Juga : Jawara Pandeglang Yang Gugur Menggenggam Golok Dengan Badan Penuh Peluru

Uniknya di rumah tersebut, masih tersisa bekas cerobong asap yang menempel di dinding. Di bagian bawah cerobong asap ada struktur memanjang seperti meja dari semen sebagaimana layaknya untuk menaruh kompor. Sehingga saya menduga area tersebut dahulu difungsikan sebagai dapur. Untuk lantainya, menggunakan ubin atau tegel lama berwarna abu-abu. Sedangkan pintunya sudah banyak yang dilepas karena keropos namun masih menyisakan engselnya berupa besi mirip mur yang tebal.

Di bangunan kedua, yang ditempati oleh tiga keluarga keturunan anggota TNI, saya melihat pintunya kebanyakan menghadap ke arah timur. Di beberapa rumah, bagian depan ini sudah dirombak total. Tapi di rumah Rukiyah masih terbilang orisinil. Disana terlihat pintu aslinya yang tingginya kurang lebih di atas 3 meter dan menggunakan kayu yang disusun sedemikian rupa sehingga sebagian membentuk lubang ventilasi. Selain itu, dalam satu lubang pintu, terdapat dua buah daun pintu atau dikenal dengan gaya pintu kupu tarung.

Baca Juga : Bermula Dari Pintu Palang Kereta Api, Kini Dikenal Dengan Sebutan “Sodong Pintu”

Di bagian depan rumah Rukiyah, ada pula ornamen hias di bagian atap berupa lisplang berbentuk geligi atau dikenal dengan gigi balang yang umum kita temui di rumah bergaya Betawi. Sedangkan bagian lantai bangunannya untuk area depan masih menggunakan tegel abu-abu.

Tapi begitu Anda memasuki ruangan tengah, Anda akan dibuat terpana melihat bagian lantai yang sangat cantik karena mengkombinasikan antara ubin motif bunga klasik berwarna abu-abu, hitam, dan terracotta dengan tegel polos abu abu. Sedangkan bagian plafonnya adalah plafon kayu jati yang masih terlihat kokoh. Di ruangan ini, Anda juga masih bisa melihat alat-alat listrik seperti sekring, saklar, serta kabel listrik model lama yang biasa dipasang di rumah-rumah Belanda.

Selepas ruangan tengah, Anda akan menemukan dapur  yang kini sudah ditutup rapat. Namun di awal-awal menempati rumah tersebut, Rukiyah mengatakan, area dapur itu dahulu dibiarkan terbuka sehingga saya menduga itu adalah area bagian belakang atau samping rumah yang fungsinya kurang lebih sama dengan teras di depan rumahnya.

Lantaran tadinya adalah ruangan terbuka, maka bagian yang asli hanyalah bagian atap dan tiang penyangganya saja karena dindingnya adalah tambahan.

“Dulu mah bagian depan rumah ini juga terbuka jadi semacam teras gitu, tapi untuk keamanan dan juga kenyamanan akhirnya sama suami saya ditutup biar airnya tidak masuk saat hujan besar,” ujar janda dari purnawirawan TNI Koptu G Sapei tersebut dalam Bahasa Indonesia bercampur Bahasa Sunda. (Bersambung)

Penulis : Chandra Dewi (wartawan Bingar.id)

Berita Terkait