Bangunan Saksi Sejarah Riwayatmu Kini
PANDEGLANG, BINGAR.ID – Sayang, bagian ruangan lainnya yang ditempati oleh satu keluarga tidak bisa saya masuki tapi dari keterangan Rukiyah dan tetangga lainnya yaitu Imas, itu adalah bagian kamar mandi karena letaknya paling belakang dan memiliki bak air yang berukuran besar. Perempuan asal Bandung itu mengaku di awal kepindahannya di Pandeglang ia sempat khawatir karena di rumah dinas itu susah sekali air bersih. Maklum, area tersebut berada di puncak bukit kecil yang dinamai kampung Gardu Tanjak.
Maka itu, nama “Gardu Tanjak” bisa saja karena area tersebut adalah pusat pemukiman Belanda sehingga biasanya juga dibangun gardu listrik. Kemungkinan lainnya adalah Gardu Penjagaan atau Pos Penjagaan Belanda karena area itu adalah pusat militer Belanda di Pandeglang. Sedangkan tanjak berasal dari kata menanjak atau kegiatan mendaki bukit atau gunung.
Baca Juga : Hidden Gem Tinggalan Belanda di Seputaran Perkotaan Pandeglang 1
Oleh karena itu, sejak dahulu, untuk keperluan air bersih di kampung tersebut, diambil dari mata air Ciwasiat yang letaknya berada di belakang Mapolres Pandeglang karena akan sangat sulit dan membutuhkan alat berat untuk membuat sumur di puncak sebuah bukit.
Rukiyah mengenang, dalam satu hari, air hanya mengalir antara pukul 21.00 WIB hingga dini hari. Maka setiap malam ia beserta istri tentara lainnya mengaku rutin begadang untuk mengisi bak dan ember air bagi keperluan keluarganya.
“Ada sih embung atau penampungan air buatan Belanda di halaman SD (kini SDN 4 Pandeglang dan Kormin PGRI Pandeglang) tapi kan itu untuk keperluan air bersih di sekolahan. Sampai sekarang embungnya masih ada cuman tidak dipakai lagi,” jelas Rukiyah.
Belakangan embung air bersejarah yang diceritakan oleh Rukiyah itu sempat diusulkan untuk diruntuhkan karena sebagian besarnya memakan lapangan olahraga bagi anak-anak sekolah di SDN 4 Pandeglang.
Baca Juga : Hidden Gem Tinggalan Belanda di Seputaran Perkotaan Pandeglang 2
Beruntung, sebelum dilaksanakan, pihak SD melakukan konsultasi dengan Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pandeglang serta Balai Pelestarian Kebudayaan 8 Jakarta Banten yang meminta agar eksistensi embung penampungan air itu tetap dijaga karena merupakan peninggalan bersejarah.
Yana Heryana, Kabid Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pandeglang membenarkan hal itu. Ia menyatakan, pihaknya beserta BPK 8 beberapa hari lalu sudah melakukan peninjauan ke lokasi dan menduga bahwa embung atau menara air tersebut termasuk tinggalan Belanda yang patut dijaga karena diduga masih satu kesatuan dengan mess perwira.
Baca Juga : Stopplaats Cimenyan, Stasiun Mini Tujuan Turis di Zaman Belanda
Ia berharap pihak SD bisa melaksanakan pelestarian benda bersejarah tersebut dan menyampaikannya kepada komite agar orang tua siswa juga turut membantu sekolah melestarikannya embung air tersebut adalah salah satu permata tersembunyi peninggalan kolonial Belanda yang selama ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat Pandeglang perkotaan.
Itulah sekelumit tulisan tentang permata tersembunyi tinggalan kolonial Belanda yang ini masih bisa kita lihat wujudnya di seputaran alun-alun Pandeglang. Semoga tinggalan tinggalan tersebut tetap lestari dan menjadi saksi perjalanan bangsa Indonesia. (Chandra Dewi)