PANDEGLANG, BINGAR.ID – Angka kasus stunting di Kabupaten Pandeglang tergolong masih tinggi. Pasalnya saat ini anak yang menderita stunting di Pandeglang tercatat sebanyak 7.000 jiwa.
Namun begitu, angka tersebut diklaim mengalami penurunan yang signifikan hingga 7,8% dari tahun 2020.
“Dari hasil Penimbangan Bulan Balita 2021 tercatat tercatat ada 13,4% atau 7000 kasus, ada penurunan 7,8% dari jumlah 21,2% yang terjadi pada tahun 2020,” sebut Bupati Pandeglang Irna Narulita, Kamis (9/9/2021).
Baca juga: Angka Penderita Stunting di Pandeglang Turun 2,6 Persen
Irna menerangkan, penurunan stunting perlu intervensi oleh semua pihak baik Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dan masyarakat.
“Kita lakukan penanganan ibu hamil dari 1000 hari pertama kehidupan. Untuk itu ibu hamil akan terus kami pantau sehingga anak lahir dalam kondisi sehat,” ungkapnya.
Baca juga: Cegah Stunting, Calon Pengantin Akan Diwajibkan Periksa Kesehatan
Bupati mengaku, saat ini Pemkab Pandeglang sedang menyusun perencanaan untuk program tahun 2022. Hal ini kata Irna supaya tidak terjadi lonjakan kasus stunting di Pandeglang.
“Kita libatkan semua OPD dengan membuat cross cutting program. Semua OPD harus buat program percepatan penurunan kasus stunting,” imbuhnya.
Baca juga: Empat Tahun ke Depan, Diperkirakan 7,2 Juta Anak Indonesia Alami Stunting
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Pandeglang Raden Dewi Setiani mengatakan, penurunan kasus stunting butuh keterpaduan melalui intervensi gizi spesifik dan gizi sensitive.
“Alhamdulillah terus menurun tiap tahun kasus stunting di Pandeglang. Tahun 2018 menunjukan 39,5%, tahun 2019 sebanyak 34,1%, tahun 2020 sebanyak 21,2%, dan pada tahun 2021 menjadi 13,4%,” tuturnya.
Menurut Dewi, Intervensi penurunan stunting dilakukan dengan 8 aksi diantaranya aksi rembuk stunting. “Aksi rembuk stunting akan sangat cepat mendorong percepatan penurunan kasus. Sebab semua pihak terlibat tidak hanya Dinas Kesehatan,” tutupnya. (Ahmad/Red)