Sudah 7 Bulan Amel Melawan Leukemia, Kondisinya Semakin Melemah

Amel Derita Leukemia

Yusti sedang merawat anaknya, Amel yang menderita Leukemia. (Istimewa)

PANDEGLANG, BINGAR.ID – Amel (13), gadis belia asal Kampung Kadu Dampit, Desa Pasir Karag, Kecamatan Keroncong, Kabupaten Pandeglang, hanya bisa terkulai lemah di tempat tidurnya. Kondisi itu dialaminya sejak tujuh bulan lalu.

Amel divonis menderita Leukemia, penyakit kanker jaringan pembentuk darah, termasuk tulang sumsum. Saat ini, Amel tidak bisa melakukan aktivitas seperti teman-teman sebayanya. Karena fisiknya yang lemah. Bahkan matanya kian membengkak sehingga sulit untuk menatap.

Baca juga: Mirisnya Nasib Pasutri Lansia di Wanasalam, Sakit-sakitan dan Tinggal di Gubuk Reyot

Sang Ibu kandung Amel, Yusti menceritakan. Semua bermula ketika ia menimba ilmu disalah satu pondok pesantren. Kala itu, Amel hendak mengambil air di kamar mandi pondok. Tapi tanpa sengaja buah hatinya itu terpeleset. Usai kejadian tersebut, kondisi Amel kian memburuk. Dia mengalami sakit dibagian kaki hingga timbul kemerahan pada bagian mata.

“Parah-parahnya banget itu sudah hampir 6 bulanan, jatuh pas lagi mondok di Kadu Pinang. Jadi ada air habis ngaji jadi terleset karena bagian pantatnya yang terduduk. Setelah 1 bulan pulang, pas pulang kerasa begitu jadi kakinya sakit langsung nyalur ke matanya bengkak merah,” ujar Yusti lirih, Senin (2/8/2021).

Keluarga berupaya untuk menyembuhkan sakit yang diderita Amel. Bahkan dia sempat dibawa berobat ke RCMS Jakarta. Saat berobat itulah baru ketahui bahwa Amel terserang Leukemia.

Baca juga: Janda di Pandeglang Tinggal di Gubuk Mirip “Kandang Ayam”

Yusti menyebut, setelah divonis menderita Leukemia, ia sempat membawa anak keempatnya itu menjalani kemoterapi sebanyak dua kali ke RSCM. Namun karena keluarga kehabisan biaya, terapi itu dihentikan.

“Dari dokter itu, waktu di RSCM sudah dua kali melakukan kemoterapi. Tapi, karena kehabisan biaya jadinya dibawa pulang,” ucapnya.

Yusti mengaku, ia dan suaminya kesulitan untuk membiayai perobatan Amel. Sebab ayahnya hanya pedagang kecil di Jakarta. Sementara Yusti, hanya ibu rumah tangga biasa.

“Jualan di kantin, tapi karena pandemi jadi tidak bisa berjualan,” terangnya.

Baca juga: Pasutri di Kaki Gunung Karang Tinggal di Gubuk Reot

Yustri berharap, anak keempat dari lima bersaudara itu bisa mendapat bantuan perawatan dari dermawan agar putri tercintanya itu bisa sembuh seperti sediakala. Apalagi hari-hari Amel, kini hanya dilewati dengan berbaring di tempat tidur dan terkadang Amel tak kuasa menahan jerit tangis akibat sakit yang dialaminya. (Syamsul/Red)

Berita Terkait