PANDEGLANG, BINGAR.ID – Setelah menggelar diskusi publik tentang Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal pada 15 Februari 2022 lalu, Boedak Saung Rescue (BSR) kembali menggelar diskusi dengan tema yang sama di panggung budaya Disparbud, Selasa (15/3/2022).
Namun diskusi kali ini, BSR menghasilkan lima rekomendasi terkait mitigasi bencana berbasis kearifan lokal yang kemudian diserahkan ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang melalui Asisten Daerah (Asda) Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Pandeglang, Utuy Setiadi.
Baca juga: Kenali Tandanya, Perkuat Mitigasinya
Sebelum menyerahkan rekomendasi, acara itu diisi dengan diskusi dan penandatanganan kesepakatan oleh masing-masing individu yang hadir. Pemerintah Daerah, Boedak Saung, Balaputra Salakanagara, BMKG, Basarnas, perwakilan dari Polres Pandeglang, Kejari Pandeglang, hingga Relawan BSR bergantian membubuhkan tanda tangan di atas lembar kesepakatan.
Adapun lima rekomendasi tersebut terdiri atas Menyiapkan “Saung Gede” sebagai Titik Evakuasi Akhir (TEA); Mengoptimalkan pelatihan mitigasi kebencanaan terhadap masyarakat; Membangun kerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) atau swasta;
Baca juga: 12 Tindak Lanjut Mitigasi Bencana Versi BMKG
Lalu Meningkatkan atau menumbuhkembangkan budaya gotong royong masyarakat; dan Mendorong peran aktif Pemerintah Daerah (Pemda) dalam penanggulangan kebencanaan untuk kemanusiaan.
Ketua Umum Boedak Saung, Mardiana Tirta Laksana menuturkan, rekomendasi itu lahir dari dua kali diskusi yang digelar dan disimpulkan dalam lima rekomendasi tersebut. Dia menegaskan, melalui rekomendasi itu, diharapkan semua stakeholder dapat meningkatkan kepeduliannya terhadap mitigasi bencana.
“Acara ini diarahkan, guna mendorong kepedulian semua pihak untuk memitigasi bencana,” katanya.
Baca juga: Pemda Harus Tingkatkan Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana pada Warga
Asisten Daerah Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Pandeglang, Utuy Setiadi menyatakan, Pemkab Pandeglang kerap bersinergi dengan seluruh pihak, khususnya dalam hal mitigasi dan penanganan bencana.
“Kami sepakat, mitigasi bencana berbasis kearifan lokal. Karena budaya gotong royong di masyarakat harus kembali ditingkatkan,” ungkap Utuy.
Bahkan dia mengaku, pemerintah terus membangun mitigasi bencana melalui sejumlah program seperti sosialisasi di sekolah, pembuatan titik kumpul, hingga lumbung social.
“Kami juga mendorong masyarakat untuk mendirikan lumbung pangan di rumahnya masing-masing. Saat ini kami sudah menyiapkan 12 lumbung sosial dibeberapa titik untuk memangkas durasi distribusi bantuan saat terjadi bencana,” ujarnya.
Baca juga: Mitigasi Bencana di Pandeglang, Kemensos Siapkan Lumbung Sosial
Sementara Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi dan Maritim Serang, Tarjono juga sepakat kearifan lokal punya peranan penting dalam mitigasi bencana. Dia menyebut, sudah melakukan beberapa program untuk mendukung hal tersebut.
“Di kami ada Sekolah Lapang Cuaca Nelayan, karena gelombang juga termasuk bencana. Lalu teman-teman kami juga ada program Sekolah Lapang Gempa dan Sekolah Lapang Iklim,” sebutnya. (Ahmad)