PANDEGLANG, BINGAR.ID – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkah Pandeglang hingga saat ini masih memiliki tunggakan pembayaran (piutang-red) ke Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Pandeglang sebesar Rp2 Miliar, sehingga pihak RSUD mengaku kesulitan, dalam memenuhi kebutuhan darah, atau melakukan transfusi darah.
Hal ini diungkapkan Direktur RSUD Berkah Pandeglang dr. Firmansyah, menurutnya. Dampak dari adanya tunggakan tersebut, berdampak pada kekosongan persediaan darah di RSUD. Namun pihaknya berjanji akan segera menyelesaikan persoalan itu, mengingat pentingnya persediaan darah bagi masyarakat.
Baca Juga : Sejak Awal Tahun 2024, RSUD Berkah Tangani Ratusan Pasien DBD
“Ya memang kita akan bayarkan ini, tapi kita engga bicara anggaran kebelakang, karena kan anggaran kita di tahun 2024, ya akan kita bayarkan di tahun ini. Yang pasti, akan disesuaikan dengan anggaran yang ada di kita, kalau harus nyicil ya kita cicil. Karena ini sudah jadi atensi Ibu Bupati, yang pasti akan kita lunasi meskipun harus nyicil,” aku dr. Firmansyah, Senin 13 Mei 2024.
Di tahun 2024 ini, Dirut RSUD Berkah Pandeglang ini pun mengaku, kalau pihaknya sudah menyediakan anggaran untuk membayar tunggakan itu secara bertahap.
Baca Juga : Paska Pemilu 2024, RSUD Berkah Belum Terima Pasien Kejiwaan
“Tahun ini kami sudah siapkan anggaran di bawah Rp200 juta, tepatnya sekitar Rp166 juta. Namun untuk melakukan pembayaran itu, kita harus menunggu penandatanganan MoU terlebih dahulu,” tambahnya.
Ia juga menyadari, bahwa kemampuan PMI pun sudah tidak dapat memenuhi biaya operasionalnya, akibat adanya tunggakan pembayaran penyediaan darah untuk RSUD. Dan dia pun mengakui, bahwa nanti untuk depannya, harus dapat berkinerja lebih baik lagi.
“Saya tetap akan bertanggungjawab, saya tidak melihat siapa, atau masalah terjadi pada beberapa tahun kebelakang. Itu sudah menjadi tanggungjawab saya sebagai pimpinan, untuk mencari solusinya, serta apa yang kami harus lakukan,” jelasnya.
Baca Juga : Beresiko Limbah B3, KRLP Petanyakan AMDAL RSUD Labuan
Firman melanjutkan, bahwa persediaan darah untuk pasien Thalasemia dan Hemodialisis (HD) telah disiapkan, khususnya bagi yang telah memesan di UDD PMI Pandeglang. Namun, RSUD Berkah Pandeglang masih kesulitan, bila harus memenuhi permintaan darah yang lebih besar ke PMI, karena adanya tunggakan tersebut.
“Keluarga pasien yang telah mendonor sebelumnya, telah diberikan persediaan darah sesuai kebutuhan mereka, namun untuk permintaan tambahan masih tertunda, karena ada tunggakan yang harus kami bayarkan kepada PMI,” tegasnya.
Menurutnya, masalah kebutuhan darah ini dirasakan juga oleh banyak Kabupaten atau Kota selain Kabupaten Pandeglang.
“Tapi karena anggaran PMI sudah habis, sudah wajar mereka menyampaikan hal tersebut. Itu hal yang bisa dimaklumi, ya boleh-boleh saja,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan, biaya darah yang tinggi disebabkan oleh biaya operasional UDD itu sendiri. Operasional tersebut mencakup biaya pemeriksaan dan uji laboratorium darah, serta biaya pembelian kantong darah. Sebelum darah dapat digunakan oleh pasien, harus melalui serangkaian pengecekan medis lainnya.
“Karena harus melewati beberapa tahapan pemeriksaan darah, itulah mengapa harga satu kantong darah menjadi mahal. Salah satunya adalah biaya operasional UDD. Oleh karena itu, harga satu kantong darah mencapai Rp490 ribu. Pasien tidak dapat membayarnya melalui BPJS, karena penerimaan darah disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan stok di PMI,” tutupnya. (Sandi/Adyt)