PANDEGLANG, BINGAR.ID – Pandemi yang berkepanjangan nampaknya tidak memengaruhi usaha pertanian Talas Beneng. Soalnya kini produksi tanaman endemis Pandeglang itu terus menuai permintaan dari konsumen.
Seperti yang dialami pengusaha Talas Beneng, Ardi Maulana. Dia mengaku baru saja membuka cabang pengolahan Talas Beneng di Kampung Sawah, Desa Wanagiri, Kecamatan Saketi. Padahal sebelumnya, usahanya dipusatkan di Kampung Cilaja, Kelurahan Cilaja. Kecamatan Majasari.
Baca juga: September 2020, Ratusan Ton Talas Beneng Pandeglang ‘Lari’ ke Belanda
Pemilik CV. Putra Petani Gunung Karang ini mengaku sudah dua bulan mengembangkan usaha pengolahan Talas Beneng di Saketi seiring dengan meningkatnya permintaan hasil olahan dari Talas Beneng, mulai dari daun, umbi.
“Umbi per bulan sekitar 90 ton. Permintaan pengiriman ke Jember, masuk ke Belanda. Daun 10 ton dalam 1 minggu daun kering rajang itu permintaan dari Pandeglang masuk ke gudang Karawaci lalu ke bandara dikirim ke Saudi Arabia,” kata Ardi, Kamis (26/8/2021).
Namun dia menjelaskan, belum bisa memenuhi seluruh permintaan pasar. Karena masyarakat Pandeglang belum seluruhnya mengetahui dan menyakini bahwa Talas Beneng bisa menigkatkan perekonomian. Malah saat ini pengolahannya lebih banyak diminati masyarakat luar Pandeglang.
Baca juga: Masuki Bulan Ramadan, Permintaan Talas Beneng Meningkat
“Belum seluruhnya masyarakat mengetahui Talas Beneng ini bisa meningkatkan perekonomian. Malah yang dari luar seperti Bandung dan lainnya pada beli bibit ke sini,” ujarnya.
Padahal, untuk mendukung keinginan petani dalam mengolah hasil panen Talas Beneng, pihaknya bersedia untuk memfasilitasi mesin olahan daun bagi petani yang menanam Talas Beneng dengan luasan 5 hektare.
“Agar memudahkan petani dan bisa lebih semangat kami siap memberikan bantuan mesin bagi yang menanam talas dengan lausan minimal 5 hektare,” tegas pria yang sudah menggeluti usaha Talas Beneng sejak tahun 2007 ini.
Baca juga: Penuhi Permintaan Pasar, Penanaman Talas Beneng di Pandeglang Diperluas
Tawaran Ardi itu didasari oleh potensi Talas Beneng sebagai salah satu pangan asli Pandeglang. Namun sayangnya dia belum melihat keseriusan pemerintah dalam mengawal petani untuk bisa lebih maju dalam hasil produksinya.
“Dari 2007 kita berjalan sendiri. Pemerintah tidak terfokus untuk memanjukan petani. Padahal produk yang dihasilkan begitu banyak tapi terkendala dari pemasaran karena terdapat beberapa kendala. Mulai dari pembuatan brand dan lain-lain. Harusnya pemerintah lebih pro aktif dalam pembinaan,” pesannya. (Syamsul/Red)