PANDEGLANG, BINGAR.ID – Seorang yang memasuki masa tua, selayaknya hidup dengan nyaman dan berkecukupan. Tak semestinya memikul beban pekerjaan berat diusia yang menginjak senja.
Tapi hal itu tak berlaku bagi Encu (70), seorang kakek Warga Kampung Kadugajah, Keluarahan Pandeglang, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang.
Baca juga: Kisah Driver Gojek Ditengah Pandemi Corona
Melewati setengah abad usianya, kakek Encu harus melakoni pekerjaan sebagai pemulung dengan berjalan kaki sekian kilometer sambil mendorong gerobak hanya untuk mengumpulkan barang-barang bekas yang layak untuk dijual kembali.
Hal itu dilakukannya semata-mata untuk bertahan hidup dan menafkahi istri dan enam anaknya.
Disela-sela waktu istirahatnya, Encu bercerita kepada Bingar.id. Ia menuturkan sudah menetap di Pandeglang sejak tahun 1967. Dirinya merupakan pendatang dari Garut.
“Sudah dari tahun 67 di Pandeglang. Asal dari garut, tapi KTP sekarang sudah asli Pandeglang,” kata Encu, Selasa (22/6/2021).
Baca juga: Mirisnya Nasib Pasutri Lansia di Wanasalam, Sakit-sakitan dan Tinggal di Gubuk Reyot
Dia menyebut, dari enam orang anak yang diasuhnya dengan penuh kasih sayang, hanya ada satu yang saat ini sudah memiliki pekerjaan. Maklum, dari segi pendidikan ia hanya mampu membiayai sampai ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Baru ada satu yang sudah kerja itu kerja di rumah makan. Sekolah sudah pada lulus, tapi hanya sampai SMP semua,” ujarnya.
Meski di usia rentan, ia tetap bersemangat untuk terus menafkahi keluarganya. Padahal dari hasil memulung yang ia dapat paling besar hanya Rp25 ribu.
“Kalau dibilang cukup mana mungkin di masa sekarang ini uang segitu cukup. Tapi, ya di cukup-cukupkan saja bagaimana kita mensyukuri nikmatnya. Tapi, kalau misalkan tidak dapat barang bekas ya tidak dapat uang,” ucapnya.
Baca juga: Pilu, Sudah 15 Tahun Yayah Terpisah dari Putri Bungsunya
Sedangkan untuk lokasi yang biasa ia jadikan tempat untuk mencari barang-barang bekas yakni sekitar kota Pandeglang saja. Setiap pukul 07.00 WIB ia sudah mulai menyusuri jalan untuk mencari barang-barang bekas yang bisa dimanfaatkan untuk menutupi kebutuhan hidupnya.
“Paling keluar ke sekitar pendopo (bupati, red), dan lingkungan pemerintah saja. Dari pukul 07.00 WIB sampai sedapatnya saja barang-barang bekasnya,” tandasnya. (Syamsul/Red)