SERANG, BINGAR.ID – Forum Ekonomi Kreatif (Fekraf) Banten bersama Fesbuk Banten News (Fbn) menggelar kegiatan Orasi Budaya dengan tema “Gagasan dan Harapan Banten XXII” di Taman deduluran Kota Serang, Selasa (4/10/2022).
Meski sederhana, acara yang dihelat dalam rangka memperingati HUT Ke-22 Banten ini dihadiri oleh masyarakat lintas Komunitas, seniman, aktivis, pegiat sosial, pegiat literasi, musisi, akademisi, wartawan, mahasiswa, aktivis perempuan, dan elemen pemuda.
Baca juga: Kolaborasi, “Vaksin” Ampuh Bangkit dari Pandemi
Ketua Fekraf Banten, Andi Suhud Trisnahadi menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan sebuah aktivasi ruang publik yang ada di Provinsi Banten khususnya Kota Serang.
“Saya sangat mengapresiasi kepada unsur masyarakat yang hadir. Saya kira kegiatan ini merupakan medium kita untuk saling bertukar pikiran, memberi gagasan, meng evaluasi apa-apa yang telah pemerintah dan masyarakat lakukan di provinsi ini (Banten),” katanya.
“Dan untuk tempat pelaksanaannya , kami sengaja mengadakan di taman deduluran ini sebagai upaya kami untuk mengaktivasi dan memaksimalkan ruang publik untuk hal-hal positif, dari mulai bertukar pikiran bahkan berkreasi. Dan kita butuh ruang-ruang publik seperti ini diperbanyak,” sambung dia.
Baca juga: Lima Subsektor Ekraf yang Akan Dikembangkan Pandeglang
Akademisi Untirta, Firman Venayaksa dalam orasinya menyampaikan nilai-nilai historis yang harus direfleksikan oleh Provinsi Banten di umur yang ke 22 ini. Dia mengatakan, dalam Babad Banten pupuh sinom 22 tertulis “gawe kuta baluwarti, bata kalawan kawis” yaitu membangun peradaban dari bata dan karang.
“Dalam kaca mata semiotika, bata merepresentasikan budaya agraris sementara karang simbol maritim. Artinya Babad Banten tersebut mengajarkan keseimbangan. Jadi pembangunan Banten tidak akan bisa berhasil jika tidak seimbang antara pembangunan agraris dan pembangunan maritimnya” kata pria yang belum lama dianugrahi ASN inspiratif nasional dalam orasinya.
Orasi berikutnya diutarakan Saprol, Ketua Pokja Wartawan Provinsi Banten. Wartawan senior ini menyampaikan kritik karena merasa tidak puas dengan pemimpin-pemimpin yang pernah memimpin Provinsi Banten.
Baca juga: Baru 8 Persen Pelaku Parekraf Manfaatkan Insentif Pemerintah
Berbagai persoalan kerap melanda Bumi Jawara, mulai dari korupsi hingga pembangunan yang tidak mengedapankan sense of cirisis, salah satunya pembangunan Banten Internasional Stadium.
“Banten Internasional Stadium itu sangat membebankan APBD Provinsi Banten. Bangunan yang dibangun dengan cara berhutang itu hanya menjadi bangunan yang sangat ekslusif dan tidak bisa dinikmati oleh masyarakat Banten secara umum. Bahkan setelah bangunan itu jadi, setiap tahunnya Provinsi Banten harus mencicil pembayaran hutang dari bangunan itu, ini menjadi beban yang sangat berat bagi Provinsi Banten,” keluhnya.
Baca juga: Fekraf Bikin Sayembara Logo HUT Kota Serang, Hasilnya Akan “Dihibahkan” ke Pemkot
Sebagai perwakilan tokoh mahasiswa, dihadirkan Faris Nurul Yaqin, seorang aktivis Banten yang menyampaikan bahwa kunci dari pembangunan sebuah provinsi tidak hanya terletak pada pemerintahnya saja, yang menjadi kunci adalah masyarakatnya, melalui fungsi kontrol sosialnya dan kolaborasi nya.
“Tema HUT yang ke 22 ini adalah Banten Tangguh, Ekonomi Tumbuh. Ini adalah doa yang harus kita aminkan. Karena sebuah kolaborasi adalah sebuah keniscayaan untuk kemajuan suatu daerah. Kita harus terhubung, berkolaborasi dan membuat sebuah perayaan untuk sama-sama membangun Provinsi Banten, provinsi kita tercinta,” ujar Faris. (Ahmad)