Komnas HAM Ingatkan Polri Tak Represif Atasi Pendemo

Polisi menembakan gas air mata untuk membubarkan massa saat unjuk rasa menolak Omnibus Law Undang Undang (UU) Cipta Kerja (Foto: Antara/Mohammad Ayudha).

JAKARTA, BINGAR.ID – Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengingatkan Polri untuk menghormati dan melindungi hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi setiap anggota masyarakat tanpa diskriminasi. Termasuk yang dilakukan langsung melalui unjuk rasa damai maupun melalui media cetak, karya seni, media elektronik, maupun media sosial (internet).

“Polri di dalam melakukan pengamanan atas aksi penyampaian pendapat dan ekspresi, agar melakukannya secara proporsional, berimbang, dan sesuai dengan keperluan, dengan mendahulukan negosiasi dan dialog,” ujar Taufan, Jumat (9/10/2020).

Baca juga: Aksi Penolakan UU Omnibuslaw di Pandeglang Memanas, Mahasiswa Ancam Duduki Gedung DPRD

Dia menilai hak kebebasan berpendapat dan berekspresi memerlukan jaminan perlindungan dan keterbukaan informasi. Oleh karena itu, Komnas HAM menyatakan aksi unjuk rasa menentang Undang-Undang Omnibus Las Ciptaker boleh dilakukan sebagai bentuk kebebasan berekspresi dan berpendapat.

Apalagi perlindungan yang wajib diberikan di negara demokratis adalah kebebasan setiap orang untuk berpendapat dan berekspresi sebagaimana diatur di dalam Pasal 28 E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Baca juga: Demo Tolak Omnibuslaw di Pandeglang Ricuh, Dua Mahasiswa Terluka

Namun Komnas HAM mengingatkan agar unjuk rasa dilakukan dengan simpatik, tertib dan damai. Komnas HAM meminta massa pendemo menjauhi tindakan kekerasan dan perusakan-perusakan. “(Pendemo) Mematuhi protokol kesehatan secara maksimal,” pesan Taufan.

Komnas HAM juga menyarankan Pemerintah dan DPR agar membuka dialog terkait UU Ciptaker. “Dialog dengan masyarakat secara luas didasarkan prinsip transparansi dalam segala langkah terkait dengan pembentukan RUU Cipta Kerja,” tutupnya. (Ahmad/Red)

Berita Terkait