Jatah Libur Akhir Tahun Dicukur, Bisnis Hotel Babak Belur

DPP IHGMA menilai, keputusan itu bakal membuat masyarakat semakin enggan untuk berlibur. (Pixabay)

JAKARTA, BINGAR.ID – Kalangan pelaku usaha pariwisata kembali harus gigit jari melihat kebijakan pemerintah mengenai libur akhir tahun. Menyambut akhir tahun 2020 ini, pemerintah akhirnya mencukur jatah libur Panjang akhir tahun 2020.

Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Indonesia Hotel General Manager Association (DPP IHGMA) I Made Ramia Adnyana menilai, keputusan itu bakal membuat masyarakat semakin enggan untuk berlibur.

Baca juga: Dari 11 Hari, Pemerintah Pangkas Libur Akhir Tahun Jadi 3 Hari

“Itu akan mengurangi minat berlibur. Orang libur akhir tahun tanggung jika pendek. Enggak mungkin dia libur seminggu. Jadi akhir tahun dari Christmas atau Natalan ke akhir tahun seminggu. Pasti nambah lagi dikit jadi harusnya long weekend,” kata Ramia seperti yang dikutip dari CNBC Indonesia, Rabu (2/12/2020).

Untuk mendongkrak bisnis ini, maka pemerintah perlu bergerak lebih gesit.

“Mungkin ini masukan ke Kementerian Pariwisata agar domestik market digeliatkan lebih masif, karena selama ini mungkin promonya enggak terlalu maksimal untuk domestik market. Meski ada peningkatan Covid-19 dibeberapa wilayah tapi kita lakukan ketat protokol kesehatan,” jelas Ramia.

Baca juga: Survei: 75 Persen Masyarakat Ingin Tetap Pergi Liburan Akhir Tahun Meski Pandemi

Hingga saat ini, geliat pariwisata pun belum nampak. Dari jumlah reservasi hotel, belum banyak yang memastikan untuk berlibur.

“Sekarang kita tetap persiapkan segala sesuatunya untuk menyambut Christmas dan new year tapi kita lihat data booking-an reservasi belum signifikan, apalagi ada pemotongan libur dari pemerintah jadi kita enggak yakin Christmas dan new year akan booming,” kata Ramia.

Baca juga: Pemerintah Tinjau Kebijakan Libur Panjang Akhir Tahun 2020

Ia menyebut dalam waktu 2 pekan terakhir, atau sejak 15 November ke atas lalu, belum ada perubahan signifikan terkait reservasi hotel. Masih di angka 1 hingga 2 kali dan tidak secara berurutan. Padahal saat normal, awal Desember ini angka reservasi bisa mencapai 70%.

“Di angka 50% situasi gini sudah bagus. Tapi saya nggak yakin tercapai 50%, artinya kita bicara rata-rata untuk Bali belum kayanya bisa dicapai. Mengingat sampai saat ini belum dengar ada tambahan pesawat, atau ada paket-paket akhir tahun yang menarik, apalagi nggak ada kepastian untuk dibuka international market. Kemarin kan ada wacana 1 Desember akan dibuka tapi sampai saat ini belum ada realisasi,” jelasnya. (Agisna/Red)

Berita Terkait