Hindari Penyakit, Petani Cikeusik Berhasil Kembangkan Pisang Tanpa Jantung

Pisang kepok tanpa jantung yang dikembangkan Indra Sapari Kosasih (Istimewa)

PANDEGLANG, BINGAR.ID – Salah satu hambatan yang dirasakan petani pisang kepok adalah penyakit ganjur yang bisa menyebabkan pembusukan pada batang dan buah. Akibatnya pisang gagal dipanen dan petani merugi. Padahal, pisang dengan nama latin musa acuminata ini sangat laku di pasaran dan harganya lebih tinggi dibanding pisang jenis lainnya.

Kini hambatan ini mulai sirna lantaran para petani pisang di kebun pisang dan kurma Curug Ciung Kecamatan Cikeusik sudah menemukan metode untuk mencegah penyakit tersebut yaitu dengan mengembangkan pisang kepok tanpa jantung.

Pemilik dan pengelola kebun pisang dan kurma Curug Ciung Indra Sapari Kosasih kepada bingar.id Jumat (23/10/2020) mengatakan selama ini petani pisang kepok mengambil tindakan memotong jantung atau ontong pisang kepok untuk mencegah penyakit ganjur.

Baca juga: September 2020, Ratusan Ton Talas Beneng Pandeglang ‘Lari’ ke Belanda

“Tapi setelah diteliti, cara itu kurang efektik karena penyakit fusarium atau ganjur masih bisa menyerang melalui bekas potongan ontong. Bukan itu saja, bila sudah terkena penyakit itu akan merasuk ke batang pisang dan akhirnya menyebar ke tanah melalui akar. Kalau sudah begitu bisa dengan mudah menyebar ke pisang sejenis yang jarak tanamnya paling dekat dengan pisang yang terkena ganjur tersebut dan pada akhirnya satu kebun bisa terkena penyakit tersebut bila tak segera ditangani,” ujar lelaki yang mengepalai perkebunan dengan nama PT Tanjung Lesung Agropolis tersebut.

Atas kondisi itu, pihaknya melakukan penelitian dan aneka percobaan dan didapatkan cara terbaik untuk menghindari penyakit ganjur adalah dengan mengembangkan pisang kepok tanpa jantung. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan perlakuan khusus secara organik pada bibit pisang.

Dari 8 bibit pisang asli yang ditanam dengan perlakuan khusus, 6 diantaranya berhasil tumbuh tanpa jantung (Istimewa)

“Kita memberikan pupuk kandang yang kita fermentasikan lalu pupuk organik cair juga. Percobaan dan uji coba ini tak mudah ya karena dari 8 bibit asli yang ditanam dengan perlakuan khusus tadi, 2 diantaranya masih muncul jantungnya. Sedangkan 6 sisanya Alhamdulillah tanpa jantung atau muray seperti pisang tanduk atau di Banten dikenal dengan pisang Galek atau Panggalek,” terang pria yang juga aktivis lingkungan di Wanadri tersebut.

Baca juga: Tanaman Holtikultura Bisa Jadi Penopang Ekonomi Indonesia

Ia berharap keberhasilannya mengembangkan pisang kepok tanpa jantung bisa menjadi solusi bagi masyarakat Cikeusik dan Pandeglang pada umumnya yang bertani pisang kepok. Soalnya jenis pisang ini memiliki daya jual tinggi karena sangat diminati masyarakat.

Rasanya yang enak, teksturnya yang pulen membuat pisang kepok cocok dipadu padan dengan aneka bahan pangan lainnya. Banyak pula aneka penganan dan jajanan pasar yang membutuhkan pisang kepok sebagai bahan utama. Mulai dari aneka pisang goreng, pisang nugget hingga aneka kue tradisional membutuhkan pisang jenis ini.

Apalagi saat Bulan Ramadan dipastikan harga pisang kepok melonjak karena kebiasaan umat Islam memasak kolak.

Baca juga: Bertani Bonsai di Halaman Rumah, Pria di Pandeglang Hasilkan Jutaan Rupiah

“Oleh karena itu, kami berharap pisang kepok tanpa jantung bisa jadi komoditas pertanian unggulan dari Kecamatan Cikeusik karena kondisi alam, suhu serta jenis tanahnya cocok untuk ditanami pisang jenis ini. Selain itu kebutuhan lokal untuk pisang ini cukup tinggi sementara hasil panenan petani sangat terbatas sehingga hasil panen pisang disini ya habis dikonsumsi masyarakat lokal saja,” katanya.

“Padahal permintaan dari luar daerah terutama Jakarta dan Tangerang sangatlah tinggi. Jadi kami mengembangkan hal tersebut dengan harapan kelak kebutuhan pisang dari luar Cikeusik juga bisa dipenuhi,” tukas Indra sambil menutup pembicaraan. (Ishana/Red)

Berita Terkait

Berita Terbaru