PANDEGLANG, BINGAR.ID – Kabupaten Pandeglang diprediksi menjadi salah satu daerah yang paling terdampak imbas fenomena La Nina. Bersama Lebak, curah hujan yang terjadi di Pandeglang diperkirakan lebih tinggi dari biasanya.
Ancaman bencana pun tidak terelakan karena secara topografi, sebagian besar wilayah Pandeglang berdaratan tinggi sehingga rentan longsor ketika diguyur hujan terus menerus. Termasuk potensi bencana banjir serta angin puting beliung.
Baca juga: 13 Kecamatan di Pandeglang Ini Diprediksi Paling Rawan Terimbas Fenomena La Nina
Namun di tengah ancaman bencana itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pandeglang mengaku tidak memiliki anggaran penanggulangan bencana alam. Penyebabnya, karena di-refocusing akibat pandemi Covid-19.
Akibatnya Kepala Pelaksana BPBD Pandeglang Surya Darmawan menerangkan, apabila terjadi bencana alam yang berakibat menimbulkan kerusakan, pihaknya hanya mengandalkan anggaran Belanja Tak Terduga (BTT). Sayang saat ditanya terkait besaran anggaran, mantan Camat Cikedal itu tidak mengetahui.
“Ada bisa melalui mekanisme BTT. Saya kurang hafal yang tersisa,” katanya, Sabtu (24/10/2020).
Baca juga: Masyarakat Banten Selatan Diminta Waspadai Hujan Deras di Bulan Oktober
Namun untuk mengantisipasi dampak bencana lanjut Surya, pihaknya sudah menyiagakan sekitar 50 personel.
“Jadi diperkirakan BMKG, Pandeglang ini akan terkena dampak yang paling besar diantara kabupaten kota yang ada di Provinsi Banten,” kata Surya, imbuhnya.
Baca juga: Empat Daerah di Banten Rawan Banjir Bandang dan Longsor
Surya menyebut, salah satu dampak fenomena La Nina yang sudah terjadi di Pandeglang, yakni bencana angin puting beliung yang terjadi di lima kecamatan beberapa waktu lalu.
“Ini kemarin kan salah satu awalnnya itu angin puting beliung yang terjadi di lima kecamatan, Sukaresmi, Patia, Sindangresmi, Karang Tanjung dan Pandeglang. Itu adalah salah satu bencana yang diakibatkan oleh La Nina,” tandasnya. (Syamsul/Red)
