PANDEGLANG, BINGAR.ID – Gerakan Rehabilitasi Terumbu Karang (GRTK) di wilayah perairan Kabupaten Pandeglang yang dimotori oleh Forum Pelestari Terumbu Karang (FPTK) Banten, yang telah tiga tahun lebih melakukan penanaman Terumbu Karang di Pulau Badul dan Liwungan. Kini mulai dilirik oleh sejumlah kalangan mahasiswa, akademisi, maupun dari kelompok pecinta alam.
Hal ini terbukti dengan hadirnya sejumlah komunitas, baik dari HMI Komisariat UNIBA, TourIsme.Idn, Benteng Society, Kedai Etan, Satu.Kata01, Carengan Ringan Tangan, Wahdi Store Hp, FOSKAMA, Ujung Kulon Adventure, Paramountain, dan komunitas dari Tanjung Lesung Adventure, di Kampung Katapang, Desa Tunggaljaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang, untuk melakukan kegiatan Edukasi TERANG (Terumbu Karang) di Pulau Badul, Sumur.
Baca Juga : FPTK Paparkan Kondisi Laut Banten, Dalam Waktu Dekat Akan Rehabilitas Terumbu Karang
Koordinator FPTK Banten, Nurwarta Wiguna, mengaku, bahwa saat ini GRTK di wilayah Pulau Badul dan Liwungan, Pandeglang yang dimotori oleh pihaknya, mulai mendapat respon positif dari kalangan mahasiswa, maupun komunitas lingkungan dan pecinta alam.
“Hari ini kami (FPTK Banten) bersama puluhan mahasiswa dan para penggiat serta komunitas lingkungan, melakukan kegiatan Edukasi TERANG di Pulau Badul, khususnya terkait tehnik menanam terumbu karang, dengan menggunakan Rak Jaring Laba-Laba, atau yang biasa kita sebut dengan Transplantasi Terumbu Karang,” akunya, Sabtu 17 Juli 2023.
Baca Juga : Dalam Program Konservasi Terumbu Karang, FPTK Teken Fakta Integritas
Dijelaskannya juga, melalui kegiatan Edukasi TERANG tersebut, dirinya berharap dapat memberi pemahaman terkait kondisi, atau fenomena meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer, dampak dari pembakaran batu bara, minyak dan gas emisi transportasi, efek rumah kaca, pembangkit listrik, dan kegiatan industri lainnya, telah menyebabkan kondisi air laut bertambah asam, atau yang biasa disebut “Ocean Acidification.”
“Dengan dilaksanakannya kegiatan edukasi TERANG ini, paling tidak bisa memberi pemahaman terkait dampak dari kondisi Ocean Acidification terhadap Biota Laut, khususnya biota yang memilliki cangkang atau kerangka tubuh yang terbentuk dari kalsium karbonat, seperti moluska, kepiting, dan karang. Karena dengan kondisi air laut yang asam tersebut, membuat biota-biota itu lebih sulit untuk berkembang,” tambahnya.
Baca Juga : F-PTK Banten Akan Bersinergi Dengan Abdimas UPG Dalam GRTK
Maka dari itu, Nurwarta berharap adanya gerakan masal dan berkesinambungan, guna menyelamatkan keberadaan terumbu karang dari kepunahan maupun kerusakan, atau setidaknya menanamkan kebiasaan pada para Nelayan untuk Membangun Rumah bagi ikan dan biota laut lainnya, melalui transplatasi terumbu karang.
“Selain itu, kami pun berharap tertanamnya jiwa maupun karakter peduli pelestarlan terumbu karang di generasi muda, agar terciptanya keberlangsungan matapencaharian (Sutainable Livelihood), serta terwujudnya program Mitigasi Bencana Berbasis Pelastanan Lingkungan atau Narlire Based Solution (Solusi Berbasis Alam). Dan itu semua bisa terwujud bila ada komitmen dari seluruh stakeholders (Pentahelix) dalam mendukung Geralan Rehabilitasi dan Restorasi Terumbu Karang (GRTK),” pungkasnya. (Adytia)