BANDUNG, BINGAR.ID – Bank bjb menggelar Business Review Semester I/2022 dengan tema “Efficiency, Productivity and Empowering Digital Ecosystem for Financial Growth” di Ballroom Trans Luxury Hotel, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung Selasa, (19/7/2022).
Hadir dalam acara tersebut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Ketua Komisi III DPRD Provinsi Jawa Barat Phinera Wijaya, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 2 Jawa Barat Indarto Budiwitono, Ekonom Sri Adiningsih, Praktisi IT Otto Toto Sugiri, Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi beserta jajaran, Komisaris Utama Independen bank bjb Farid Rahman beserta jajaran, dan seluruh jajaran pejabat executive bank bjb se-Indonesia beserta tamu undangan lainnya.
Pada sambutannya, Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi mengatakan, sejalan dengan tema business review pada hari ini yakni “Efficiency, Productivity and Empowering Digital Ecosystem for Financial Growth”, manajemen mengingatkan bahwa efisiensi dan produktivitas merupakan critical point yang harus dijaga pada saat ini.
Baca juga: Pemprov Banten Diminta Percepat Bankeu Pembangunan Puspemkab Serang
“Tantangan kedepan ada di depan mata. Walaupun secara likuiditas industri perbankan maupun bank bjb cukup memadai, namun demikian, dampaknya terhadap efisiensi Khususnya biaya dana, harus kita jaga untuk mempertahankan kinerja yang positif dalam periode yang akan datang.
Selanjutnya mengenai efisiensi, pihaknya bersyukur bahwa pandemi telah mendorong semua pihak menuju budaya baru. Kinerja positif bank bjb dimasa pembatasan kegiatan dan mobilitas masyarakat, tidak lepas dari adaptasi teknologi yang dilakukan sehingga interaksi baik secara internal maupun eksternal tetap dapat dilakukan secara daring.
“Budaya baru ini telah menjadi bagian keseharian dari kita semua, serta turut membantu terciptanya efisiensi yang perlu kita lestarikan, dimana mobilisasi pegawai berjumlah besar pun dapat kita minimalisir dengan penggunaan media daring tanpa mengurangi makna dan tujuan kegiatan, ” jelas dia.
Baca juga: Pemkab Pandeglang “Babak Belur” Tanggung Beban Pemangkasan Bankeu
Ditengah kesuksesan bank bjb mencatatkan kinerja positif di tahun 2022, namun dia mengingatkan tentang pentingnya produktivitas, dengan mulai melakukan kegiatan yang produktif, dan menghindari kegiatan yang kontra produktif.
Selain itu, bank bjb senantiasa terus mengembangkan ekosistem yang dimiliki dengan produk dan fitur yang terus di enhance dan experience yang terus dikembangkan dalam bidang digitalisasi. Sehingga jarenanya, sampai dengan saat ini telah terbentuk ekosistem digital yang cukup baik.
Dimana pengguna aplikasi DIGI mobile sebanyak lebih dari 847 ribu pengguna, atau tumbuh hampir 5 kali lipat dari tahun 2020. QRIS merchant bank bjb bertumbuh hampir 90 kali lipat dari semula 7.458 merchant di tahun 2020, dan saat ini menjadi lebih dari 655 ribu merchant serta agen laku pandai melalui bjb BiSA yang saat ini lebih dari 7.500 agen dan kedepannya akan terus dikembangkan melalui skema kerjasama dengan berbagai pihak.
“Ekosistem tersebut pun menyumbang hampir 40% fee based income bank bjb yang tumbuh 33,1% secara year on year. Inilah ekosistem keuangan bank bjb dalam konsep branchless bank yang harus kita optimalkan utilisasinya, kita kejar pertumbuhannya, hingga menjadi bagian dari kontributor fee based income yang jauh lebih besar di masa yang akan dating,” terangnya.
Baca juga: Kas Daerah Pandeglang Akan Dipindahkan ke Bank Banten
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam sambutannya mengatakan, saat ini dunia sedang menghadapi tiga disrupsi, yaitu disrupsi pandemi, global warming, dan digitalisasi. Tiga disrupsi ini mau tidak mau harus dihadapi, termasuk oleh pelaku bisnis yang bergerak dalam bidang perbankan.
Menurut dia, disrupsi pandemi ini tidak akan hilang, tapi grafiknya akan surut atau naik. Sehingga masyarakat harus bisa hidup berdampingan dengan virus. Walaupun secara dampak, ada efeknya terhadap bisnis. Namun dampak itu mestinya menjadi tantangan supaya bisnis tetap berjalan.
Kemudian disrupsi global warming yang saat ini harus dihadapi. Tinggal bagaimana merespons dengan membuat kebijakan ekonomi green energi. Sektor perbankan juga bisa masuk ke berbagai bisnis yang mengangkat green energi.
“Kemudian ada disrupsi digital. Saat ini di Jabar ada 5.000 desa yang diharapkan bisa dikembangkan program petani millenial. Nanti, bank bjb bisa hadir di sana, misalnya menggarap transaksinya,” jelas dia.
Baca juga: OJK Yakin Ekonomi Digital Percepat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Kepala Kantor Regional II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Barat Indarto Budiwitono mengatakan, pihaknya mengapresiasi pencapaian bank bjb yang sangat luar biasa dalam beberapa periode terakhir. Dia mengucapkan selamat kepada seluruh insan bank bjb yang telah membawa perusahaan lebih baik lagi.
“Saat pandemi, bank bjb mampu mengukir laba yang luar biasa. Kami mengucapkan selamat atas pencapaian ini. Kinerja keuangan Jawa Barat salah satunya ditopang oleh bank bjb. Sekali lagi terimakasih, ” katanya.
Ekonom Sri Adiningsih dalam paparannya mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia akan dibayangi oleh ketidakpastian global berupa tensi geopolitik, pandemi, krisis energi dan pangan, stagflasi, disrupsi teknologi/digital dan new/next normal. Instabilitas ekonomi makro meningkat (inflasi dan kurs). Di sisi lain kemampuan pemerintah “menjaga” juga terbatas, dampak pandemi pada bisnis yang belum selesai.
Pertumbuhan ekonomi akan mengalami tekanan, akan berat menjaga pertumbuhan tidak turun (5,2%) di 2022 dan tetap berat pada tahun 2023 dengan optimisme 4-5%.
Baca juga: Menparekraf Gandeng OJK Siapkan Skema Pembiayaan Usaha Sektor Parekraf
“Namun, dunia usaha pada sektor Pertanian, Pertambangan, kebutuhan sehari-hari, kesehatan dan “digital” masih akan berkembang. Di sisi lain, perbankan akan mengalami tekanan berat karena persaingan semakin besar, sehingga mesti prudent dan mengikuti perkembangan,” katanya.
Sementara itu, Praktisi IT Toto Sugiri mengatakan, kedepan data center menjadi peranan penting dalam pengembangan perusahaan. Apalagi, Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk 265 juta.
“Namun saat ini kapasitas data center per kapita masih salah satu yang terendah, yaitu kurang dari 1 watt/kapita di dunia. Dibandingkan dengan kapasitas data center per kapita negara-negara Asia lainnya, yang melayani pertumbuhan data negaranya sendiri, seperti Jepang. Mengambil konsumsi watt rata-rata per kapita 10 watt, Data center Indonesia siap untuk tumbuh hingga 2.700 MW” katanya. (Sajid)