SERANG, BINGAR.ID – Menjelang bulan puasa Ramadan 1443 Hijriah, Provinsi Banten mengalami inflasi sebesar 1.04 persen. Angka ini adalah yang tertinggi sepanjang tahun 2022. Sebab pada awal tahun inflasi di Banten tercatat 0.59, lalu bulan Februari turun menjadi 0.08.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, Dody Herlando, kenaikan inflasi ini dipicu oleh meningkatnya harga Cabai Merah dan Minyak Goreng. Sementara daerah yang paling tinggi terjadi inflasi adalah Kota Cilegon sebesar 1.14 persen, disusul Kota Serang 1.12 persen, dan Kota Tangerang 1.00 persen.
Baca juga: Inflasi Bulan Maret 2021 0,08 Persen, Kelompok Ini Jadi Penyumbang Tertinggi
“Lebih jauhnya secara komoditas, kalau tiga kota itu digabungkan maka yang memicu inflasi Maret adalah Cabai Merah 0.15, Minyak Goreng, Telur Ayam Ras 0.08,” sebutnya dalam Pres Rilis BPS Banten secara virtual, Jumat (1/4/2022).
Kenaikan itu sejalan dengan pemantauan BPS di 11 kelompok amatan, yang menempatkan kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebagai kelompok yang memiliki andil besar terhadap inflasi dengan angka 0.71 persen dari total inflasi 1.04. Kelompok lain yang juga ikut andil adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0.10 persen, dan transportasi 0.07 persen.
Baca juga: Makanan, Minuman, dan Tembakau Sumbang Inflasi Tertinggi pada Januari 2021
“Transportasi 0.07. Jadi di Maret aktivitas transportasi semakin marak sejalan dengan makin berkurangnya tekanan wabah Covid,” sambungnya.
Dody menjabarkan, inflasi tiga kota di Banten itu bahkan tergolong tinggi di Pulau Jawa. “Inflasi Kota Cilegon, berada diurutan kedua, di bawah Cilacap, Jawa Tengah yang mengalami inflasi 1.19 persen. Diikuti Kota Serang diperingkat ketiga. Sementara inflasi Kota Cilegon berada diurutan ketujuh, setelah Sumenep, Jember, dan Tasikmalaya,” kata.
Baca juga: Produk Domestik Bruto Triwulan I 2021 Capai Rp Rp3.969,1 Triliun
Adapun selama memantau indeks harga konsumen melalui Survei Biaya Hidup (SBH), BPS mengamati 416 jenis barang dan jasa. Yang mana 251 diantaranya mengalami perubahan. Spesifiknya 171 jenis barang dan jasa mengalami kenaikan dan 80 komoditas lainnya mengalami penurunan.
“Data historis kami juga melihat tahun 2021, untuk April dan Mei mengalami tren kenaikan karena itu sudah masuk puasa dan lebaran. Jadi secara gambaran sebelum bulan puasa tahun 2022 sudah mengalami kenaikan, kelihatanya terjadi tekanan untuk April dan Mei mendatang,” tutupnya. (Ahmad)