TANGERANG, BINGAR.ID – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Dinas Kesehatan membentuk tim khusus untuk mengatasi stunting. Tim itu diberi nama Tim Tangerang Gemilang Cegah Stunting (TEGAS).
Kepala Bidang Sosial dan Budaya pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tangerang, Sri Indri Astuti menjelaskan, tim tersebut terdiri atas beberapa Perangkat Daerah (PD) terkait dari lintas sektor, yang nantinya bertugas untuk pencegahan maupun pengendalian stunting.
“Pencegahan stunting ini tidak bisa dilakukan dalam satu sektor, harus ada kerjasama lintas sektor dan bahkan harus bekerja sama dengan sektor swasta,” ujar Indri, Jumat (5/3/2021).
Baca juga: Angka Penderita Stunting di Pandeglang Turun 2,6 Persen
Perlu diketahui, stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan anak.
“Program ini menjadi salah satu program prioritas pembangunan pemerintah Kabupaten Tangerang. Ini terus dilaksanakan minimal sampai akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2024 dengan menargetkan penurunan stunting sampai 14 persen,” lanjut Indri.
Plt Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, dr. Sri Indriani menjelaskan, dari tahun 2020 program penurunan stunting ini sudah dijalankan dengan mengikuti lokus stunting yang ada di Kabupaten Tangerang.
Baca juga: Cegah Stunting, Calon Pengantin Akan Diwajibkan Periksa Kesehatan
Menurutnya, di tingkat desa, lokus stunting yang sudah dilakukan pihaknya adalah pemberian update tambah darah untuk ibu hamil, Pemberian Makan Bagi Anak (PMBA), dan Kader Remaja Anti Anemia (Kartini).
“Kami juga nantinya menggelar berbagai acara kesehatan yang dilakukan dari tingkat RW, kecamatan, hingga ke sekolah. Seperti kegiatan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri, hingga kegiatan kelompok pendukung ASI untuk mendampingi ibu menyusui agar dapat menyusui bayinya dengan ASI eksklusif,” ungkapnya.
Baca juga: Empat Tahun ke Depan, Diperkirakan 7,2 Juta Anak Indonesia Alami Stunting
Kemudian untuk balita, pihaknya menyediakan pemeriksaan untuk tumbuh kembang balita atau SJDTK, sehingga harapannya, bisa memantau pertumbuhan dan perkembangan balita terutama untuk status gizi balita.
“Kami lakukan diseluruh desa, satu tahun dua kali kami lakukan pemeriksaan status gizi di bulan Februari dan Agustus. Kami pantau status gizi balita dan menentukan anak-anak yang perlu intervensi khusus terutama di bawah 2 tahun dari status gizi balita,” tutupnya. (Sajid/Red)