PANDEGLANG, BINGAR.ID – Kondisi kesulitan air bersih, atau kekeringan yang terjadi saat ini di perkampungan yang berada di bahu, maupun di lereng Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang, merupakan dampak dari mulai berkurangnya kawasan resapan air yang ada di wilayah tersebut.
Dimana Gunung Karang yang memiliki luas kawasan hutan lindung sebesar 3.514,96 hektar, diduga kondisinya saat ini sudah mulai gundul, akibat pembalakan liar atau illegal logging, sehingga berdampak pada minimnya resapan air yang terjadi.
BACA JUGA : Warga Kampung di Gunung Karang Pandeglang, Mulai Alami Kekeringan
Dugaan gundulnya hutan lindung di kawasan hutan yang ada di puncak Gunung Karang tersebut, juga diakui Sahroni, salah seorang warga Pandeglang, yang sering mendaki dan menjadi pemandu wisatawan ke Sumur Tujuh, maupun ke puncak Gunung Karang.
“Yang saya tahu sih, memang ada beberapa lokasi atau kawasan di puncak Gunung Karang itu, kondisinya sudah gundul, alias sudah mulai jarang pohon besar. Saya menduga ini akibat dari adanya aktivitas penebangan pohon secara liar, atau untuk keperluan perluasan lahan garapan masyarakat,” jelas Sahroni, Selasa 29 Oktober 2024.
“Terkait masalah penebangan pohon untuk perluasan lahan garapan petani, saya juga kurang paham. Apakah perluasan itu menggunakan lahan kawasan lindung atau tidak, karena memang saya juga ga paham batas-batasnya,” sambungnya.
BACA JUGA : Dampak Kekeringan, DPKP Pandeglang Akan Usulkan Irigasi Air Tanah
Berdasarkan informasi dari warga tinggal di puncak Gunung Karang, tepatnya di Desa Kaduengang, Kecamatan Cadasari, terkait perluasan lahan garapan itu terjadi secara turun-temurun. Jadi, misalkan dalam satu keluarga itu kakeknya membuka ladang 1000 meter maka anaknya ikut membuka lagi 1000 meter.
“Tapi yang jelas pas kemarin saya mendaki ke puncak Gunung Karang, area lahan dulunya ditumbuhi pohon rindang sekarang sudah beralih fungsi menjadi lahan pertanian,” akunya.
Alih fungsi lahan ini tentunya berimbas buruk apabila tidak dikendalikan dengan baik. Yaitu diseimbangkan antara pembukaan lahan dengan penghijauan.
BACA JUGA : Tiga Penyebab Pandeglang Selalu Alami Kekeringan
“Dulu saat naik ke puncak itu kita disuguhi banyak pemandangan mata air yang mengalir deras. Namun sekarang ini terlihat mengering,” katanya.
Sementara itu, Bupati Pandeglang Irna Narulita mengajak semua elemen masyarakat menjaga kawasan hutan lindung Gunung Karang.
“Kita jaga alam, alam akan menjaga kita, nanti Dinas LH kita turunkan untuk mengecek kondisi Gunung Karang. Rasa-rasanya kalau kami pantau, untuk membobol dan menebang pohon di kawasan hutan lindung tidak mungkin,” katanya.
Bupati Irna menerangkan, memang pada saat ini cuacanya sangat ekstrim sekali. Kalau misalkan ada penebangan satu sampai lima pohon akan diberikan toleransi.
“Tapi kalau sampai ada penggundulan atau pembalakan liar di kawasan hutan itu sudah pasti oknum yang harus berhadapan dengan hukum. Kita lihat dulu, ya kroscek dulu, apa memang benar, karena cuacanya sangat tidak bersahabat, panasnya itu beda banget,” ujar Irna.
Sehingga bencana kekeringan pun terjadi di mana-mana. Termasuk di lingkungan warga tinggal di Lereng Gunung Karang.
“Sebetulnya kita sudah pasca melewati kekeringan. Tapi karena masa transisi ini mau ke hujan ini masih saja (kekeringan),” katanya.
Nanti, terkait kawasan hutan lindung Gunung Karang akan di lihat kondisinya.
“Kita punya satgas, untuk mengkroscek apakah memang ada oknum di sana. Saya menyarankan, menghimbau dari dulu, kalau menebang satu pohon minimal harus menanam 100 pohon, kalau 100 pohon tidak bisa setidaknya tanam 50 pohon karena pohon sangat baik untuk masa depan,”pungkasnya. (Adytia)