LEBAK, BINGAR.ID – Sumber mata air yang dihasilkan dari sumur bor d Kampung Barekok, Desa Bejod, Kecamatan Wanasalam, Lebak, Banten, memiliki potensi yang bernilai ekonomi. Sumber mata air itu tak pernah surut meskipun diterjang kemarau panjang.
Sebetulnya sumber air ini sudah dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Sayangnya belum begitu optimal. Padahal, setiap hari banyak warga yang membeli air tersebut.
Bahkan hampir setiap hari masyarakat dari luar Desa membeli air ke tempat pengolahan air payau itu. Salah satunya Desa Cikeusik, Kecamatan Wanasalam.
“Banyak yang datang ke sini yang membeli air. Jadi bukan saja dari warga Desa Bejod melainkan ada yang dari luar desa juga,” ucap penjaga air payau, Ahmad, Senin (21/9/2020).
Dikatakannya, dalam setiap harinya sumur bor yang sebelumnya dibangun oleh Pemberdayaan Masyarat Mandiri Pedesaan (PNPM) setiap hari mampu mengeluarkan debit air sebanyak kurang lebih 200 liter.
“Sehari ada 200 liter. Tapi yang terjual paling 60 persen dari yang dihasilkan nya,” katanya.
Ia menuturkan, sejauh ini memang belum ada terobosan untuk lebih meningkatkan penjualan dari air payau ini. Karena terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM).
“Ya paling kalau ada yang datang ke sini 1 galon hanya Rp5 ribu dijualnya,” ujarnya.
Sementara Kepala Desa Bejod, Rohmat mengaku, ingin lebih mengembangkan pengelolaan BUMDes itu. Karena, ia berpendapat air payau bisa menjadi salah satu penopang perekonomian Desa. Sehingga banyak tenaga kerja yang terserap apabila bisa berjalan dengan maksimal.
“Inginnya ada terobosan baru sehingga ekonomi desa ini bisa lebih menigkat dan masyarakat di sini baik pemuda nya bisa bekerja kalau sudah tertata dengan baik,” tandasnya. (Syamsul/Red)