“Aji Penakluk”

Aji Penakluk/ISTIMEWA

Oleh : Aditya Putra

Bingar.id – “Beragam macam ilmu bertaburan di muka bumi, dicari dan digurui, agar dapat memenuhi keinginan manusiawi, sebagai perwujudan dari keberadan Illahi. Namun hakekat manusia yang berbingkai nafsu, terkadang lepas dari Iradat-Nya, hingga Jampe-pamake merupakan salah satu cara manusiawi dalam  menggapai cita-cita.”

Manusia selalu punya ambisi, namun bila ambisi telah menjadi raja atas diri, niscaya kehancuran adalah balasannya. Dendam, sakit hati, dikucilkan dari pergaulan dan terutama rasa penasaran. Merupakan pendorong dari sikap manusia berbuat yang irasional, menyimpang dari khodrat tanpa sadar akan Iradhat-Nya.

Setiap manusia pasti punya rasa penasaran, terlebih bila kepentingan tidak terwujud, yangmana berbagai upaya dilakukan. Namun tetap kenyataan hanyalah sia-sia, dan ujung-ujungnya menjurus kepada prilaku “Nekat.” Melakukan pemaksaan kehendak, secara sepihak, adalah permainan anak manusia. Kejujuran, moral, iman dan ahlak siap digadaikan, asalkan tergapai tujuan.

Baca juga : https://bingar.id/hipnotis/

Sosiodrama kehidupan yang selalu menjadi bayang-bayang perjalanan anak muda dewasa ini. Seakan memberi gambaran prilaku nafsu remaja, terutama ketika menginjak jenjang Puber. Biasanya kasus seperti ini berkisar antara perjalanan cinta kaum Hawa dan kaum Adam yang tidak menemukan kesepakatan, didalam memadukan cinta kasihnya.

Kesombongan, keangkuhan dan kemunafikan kaum Hawa, menjadi sumber kaum Adam membuat perhitungan, demikian sebaliknya. Fenomena tersebut telah menampilkan sosok Aji Mantra maupun Jampe Pamake, yang kebanyakan orang menyebutnya “Pelet” atau “Aji Panakluk.” Untuk dapat merubah hasat dari jarak jauh, sehingga lumpuh akal, sirna Panca Indra. Pasalnya yang dirasakan dan tergambar, hanyalah ketampanan maupun kecantikan sipengguna Aji Panakluk tersebut. “Wallahu alam bissawab”.

Konon ceritanya, bagi orang-orang yang terkena Aji Penakluk atau Pelet, rusak jaringan panca indranya, telinga terasa ada yang memanggil-manggil, mata selalu terbayang wajahnya, perasaan tak menentu bila belum bertemu, apapun yang di raba, dia seolah-olah memegangnya. Inilah kekuatan misteri yang tersimpan didalamnya, sehingga sulit diduga dan tak mudah terbaca, walaupun jelas ejaanya tertera.

Aji penakluk, memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap sasaran yang terkena. Obatnya tiada lain adalah, apabila dua insan berlainan jenis (Kaum Adam dan Hawa-red) itu bertemu dan saling mengisi, apa yang menjadi kekosongan jiwanya masing-masing. Terkadang hal ini juga bisa berlanjut ke jenjang pernikahan, atau hanya menjalin persaudaraan.

Bila hal ini dijadikan alat pembalas dendam, karena si laki-laki atau si perempuan merasakan sakit hati, akan berakibat sangat fatal bagi orang yang terkena aji mantranya. Bisa ideot atau bodoh, bahkan yang lebih parah, tak mustahil yang terkenal menjadi gila.

Sebenarnya aji penakluk, adalah sebuah alat yang tampilannya untuk memaksakan kehendak secara sepihak, ini terjadi karena rasa penasaran dan dendam, akibat dari eksistensinya kurang diakui oleh lingkungan, terutama oleh orang yang di cintainya. Hanya satu yang mampu menangkal serangan Aji Penakluk. Yaitu Nur (cahaya-red) Illahi, dimana penjabaranya melalui sikap dan mental yang suci. Diantaranya moral, ahlak dan prilaku, sehingga tidak membuat orang lain benci ataupun tersinggung oleh keberadaan kita.

Inilah fragmen kehidupan yang harus diperhatikan, bersamaan dengan ejaanya. Dengan demikian, apa yang tergambar diatas bisa dijaga. Kemungkinan-kemungkinan yang kurang disukai, terutama oleh kaum Hawa. Karena identik dengan sikap-sikapnya, yang sombong, angkuh dan sok, karena merasa dirinya cantik maupun sempurna, hingga banyak disukai kaum Adam.

Wanita tidak meminta, namun menerima. Wanita tidak pernah menyerah, namun selalu pasrah (terhadap yang ia sukai). Bila sampai terjadi celah yang membuat hati kaum Adam kurang berkenan, jangan salahkan tabiat manusianya yang akan menjajah dengan Aji Penakluk. Demikian dengan kaum Adam-nya sendiri, harus dapat mengerti dunianya kaum Hawa, yang lebih pekat dengan kabut perasaan.

Mustahil tiada, karena ada. Ketentuan Illahi nyata tertera. Bukan salah manusia menjajah, karena nafsu telah menjadi dewa. Hanya satu, yang mampu memikat rasa, kemuliaan hati dan ketinggian ahlak. (*)

Berita Terkait

Berita Terbaru