PANDEGLANG, BINGAR.ID – Dalam rangka menjaga dan lestari nya tradisi, peringatan 10 Muharram dalam kalender Hijriyah. Ratusan warga di Desa Bandung, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang, kembali menggelar acara Festival Bubur Syuro, yang jatuh pada Minggu 6 Juli 2025.
Sebuah tradisi yang lekat dengan karakteristik masyarakat Jawa ini, diangkat sebagai sebuah budaya adiluhung, yang menjadi perwujudan rasa syukur, juga bentuk permohonan kepada Allah SWT, atas kesehatan jasmani dan rohani, maupun atas keselamatan diri di tahun baru Islam ini.
Baca Juga : Ikut Andil Lestarikan Laut, Desa Bandung Tanam 60 Fragmen Terumbu Karang
Hal ini pun diungkapkan Wahyu Kusnadiharja, Kepala Desa Bandung, Kecamatan Banjar, Pandeglang, yang menurutnya. Tradisi yang melibatkan masyarakat, untuk pembuatan bubur khusus yang disebut Bubur Syuro, yang kemudian dibagikan dan disantap bersama itu, sengaja ia dijadikan sebagai event tahunan di desanya.
“Festival Bubur Syuro di Desa Bandung ini, kita pusatkan di jalan poros Desa, atau tepatnya di Kampung Cileuksa. Dimana dalam Festival Bubur Suro 10 Muharram 1447 Hijriyah kali ini, kita mengusung tema, Merawat Tradisi, Menyatu Dalam Doa dan Budaya. Dan yang pasti, event ini sudah menjadi event tahunan bagi kami, akan selalu kita gelar setiap tahunnya,” ungkap Wahyu.
Baca Juga : Desa Bandung Sambut 10 Muharam Dengan Festival Bubur Suro
Dikatakannya juga, Bubur Suro adalah hidangan khas berbahan dasar beras, santan, dan rempah, yang disajikan dalam porsi besar, kemudian dibagikan secara gratis kepada masyarakat, yang sarat akan makna spiritual, serta dipercaya sebagai simbol keselamatan dan keberkahan.
“Ini bukan sekadar makanan, tapi warisan yang mengandung nilai religius, solidaritas sosial, dan sejarah panjang masyarakat Pandeglang,” jelasnya lagi.
Baca Juga : Bubur Syuro, Makanan Khas Banten yang Sarat Makna Tauhid
Dalam Festival Bubur Syuro tahun ini, menurut Wahyu tidak hanya menampilkan teknik dan cara membuat Bubur Suro semata, akan tetapi festival seni dan budaya yang ada di Desa Bandung tersebut, juga ditampilkan, seperti halnya Debus, Pencak Silat, maupun Rampak Bedug, serta Bazar UMKM.
“Rangkaian ini kita mulai sejak tanggal 1 Muharam, kita melaksanakan Kegiatan pawai obor, yang selanjutnya kita lanjutkan kegiatan festival bubur syuro ini, yang di dalamnya terdapat berbagai macam pameran UMKM dan pertunjukan kesenian,” kata Wahyu.
Sementara itu, salah seorang peserta Festival Bubur Syuro, Indriani mengungkapkan rasa bangganya, bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
“Saya setiap tahun ikut, Alhamdulillah senang sekali, karena ini merupakan upaya dalam menjaga tradisi di Kabupaten Pandeglang, khususnya di Desa Bandung,” ucapnya singkat. (Adytia)