PANDEGLANG, BINGAR.ID – Sejumlah pedagang yang berada di kios-kios Pasar Badak Pandeglang, keluhkan kondisi bangunan gedung, maupun fasilitas umum yang ada. Sehingga mengakibatkan sepi pengunjung, lantaran terlihat kumuh dan kotor.
Seperti halnya di keluhkan Ovi Arman, salah seorang pemilik toko baju yang berada di bangunan Pasar Badak tersebut, yang menurutnya. Banyak toko, atau pedagang yang berada di Pasar Badak yang mengaku sudah kewalahan mempertahankan modal usahanya, lantaran sudah beberapa tahun terakhir ini, sepi pengunjung, atau pembeli.
Baca Juga : Harga Bawang di Pasar Badak Pandeglang, Mulai Alami Kenaikan
“Sudah beberapa tahun terakhir ini, toko-toko yang ada di Pasar Badak Pandeglang ini, kebanyakan sudah gulung tikar. Kendati pun masih ada, itu pun hanya bisa mempertahankan modal usaha saja, seperti saya ini,” jelas Ovi, Senin 29 Juli 2024.
“Persaingan usaha kita memang saat ini kalah dengan pelapak, atau penjual online. Ditambah lagi, kondisi bangunan, kios atau toko, maupun fasilitas umum yang ada di Pasar Badak, saat ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan, juga kumuh, sehingga membuat pengunjung dan pembeli malas untuk datang ke sini,” sambungnya.
Baca Juga : Kapolres Pandeglang Sidak Harga Pangan di Pasar Badak Pandeglang
Selain itu, Ovi juga mengatakan, bahwa penurunan jumlah pembeli di Pasar Badak Pandeglang sudah terjadi sejak tahun 2019. Menurutnya, kondisi ini sudah mencapai titik klimaks terparah saat ini, sehingga sulit mendapatkan omzet yang meningkat.
“Dari 2019 sudah mulai penurunan terus sampai sekarang. Ini titik klimaks paling parah, buat nyari laris aja ngos-ngosan kita,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ovi menjelaskan, kondisi pasar yang rusak parah dan memerlukan peremajaan. Kerusakan terjadi pada bagian atap kios yang bocor, terutama saat hujan, serta jalur tangga yang sudah rusak.
Baca Juga : Disperindag Klaim Pelaksanaan Protokol Kesehatan di Pasar Badak Pandeglang Terlaksana
“Ya, kebocoran atap kios itu harus benar-benar diperbaiki secepatnya. Kalau hujan turun, airnya masuk kedalam toko, maupun ke pelataran toko hingga menjadi becek dan kotor. Jadi gimana mau melihat-lihat barang dagangan kita orang, mau lewat saja kan jadi malas,” tegasnya lagi.
Sementara itu Ovi juga menyebut, setiap harinya dia harus membayar retribusi pasar ketika tokonya buka sebesar Rp2 ribu dan kebersihan sebesar Rp1.000,-, keamanan Rp2 ribu.
“Kalau retribusi mah udah biasa sih, standar. Ya namanya kita kadang-kadang laris kadang enggak. Bukannya kita enggak mau bayar, tapi kita tetap mengikuti aturan lah, kita enggak mau jauh dari kenyataan,” sebutnya.
Dirinya berharap, kondisi pasar yang saat ini banyak mengalami kerusakan bisa lebih bersih dan rapi, sehingga pengunjung akan merasa lebih nyaman dan aman saat berbelanja.
“Ya pasar ini supaya cepat bersih rapi, ini kan buat kepentingan kita bersama. Kita bayar ke atas (Pemerintah Daerah) juga lancar, kita berharap pasar ini lebih maju dari yang sudah-sudah,” harapannya.
Sementara Kepala UPT Pasar Pandeglang, Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag), Pandeglang, Asep Dede mengaku kalau pihaknya telah mengusulkan, perbaikan infrastruktur pasar yang rusak kepada Pemerintah Provinsi Banten, Pemerintah Pusat, maupun CSR dari swasta.
“Kami juga sudah berupaya terkait pasar yang sifatnya perlu diperbaiki. Jadi, tugas kami kaitan itu sudah mengusulkan baik ke CSR, provinsi, dan ke pusat. Mudah-mudahan terealisasi tahun 2024 ini atau tahun depan 2025,” kata Asep.
Asep mengungkapkan, kerusakan infrastruktur pasar bukan berarti Pemkab Pandeglang tidak peduli. Pihaknya sudah mengusulkan peremajaan pasar untuk segera bisa direalisasikan.
“Insyaallah, para pedagang mohon bersabar. Bukan kami tidak peduli, kami sudah usulkan terkait tempat toko dan kios yang mengalami kebocoran itu pada Pemkab Pandeglang juga,” pungkasnya. (Sandi)