Kekeringan di Pontang, BBWSC3 Salurkan 23.000 Liter Air Bersih

BBWSC3 Air Bersih

BBWSC3 menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 23.000 liter bagi warga Kecamatan Pontang. (Bingar/Ahmad)

SERANG, BINGAR.ID – Warga dua desa di Kecamatan Pontang, yakni Desa Wanayasa dan Desa Domas, mendapatkan bantuan air bersih dari Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian (BBWSC3).

 

Bantuan air bersih itu merupakan upaya BBWSC3 untuk mengatasi krisis air bersih di daerah tersebut akibat kemarau panjang dan fenomena El Nino. Sebanyak 23.000 liter air bersih didistribusikan bagi ribuan Kepala Keluarga yang terdampak di dua lokasi tersebut.

 

Baca juga: Sejumlah Relawan Kebencanaan, Pasok Air Bersih ke Sukaresmi

 

“Pada hari ini, kami kembali mendistribusikan bantuan air bersih sebanyak 23.000 liter, dengan sasaran penerima bantuan di Desa Domas sebanyak 1.300 KK atau 5.550 jiwa, serta Desa Wanayasa sebanyak 985 KK yang berarti sekitar 3.000 jiwa,” kata Kepala BBWSC3, I Ketut Jayada disela-sela pemberian air bersih di Desa Wanayasa.

 

Ketut menjelaskan, pendistribusian air bersih tidak hanya dilakukan di Kecamatan Pontang. Sejak 6 September lalu, BBWSC3 menginisiasi gerakan Peduli Masyarakat yang fokus untuk mendistribusikan air bersih untuk daerah yang dilanda kekeringan di Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak.

 

Baca juga: Tiga Penyebab Pandeglang Selalu Alami Kekeringan

 

“Bantuan air bersih yang telah berhasil didistribusikan ke 16 lokasi yang tersebar di 14 desa, dengan total volume mencapai 47.000 liter. Dengan demikian total bantuan yang disitribusikan hingga hari ini 12 September 2023 mencapai 70.000 liter,” sebut dia.

 

Kepala Desa Wanayasa, Ahmad Tobri mengapresiasi program pemberian air bersih dari BBWSC3. Dia menuturkan, bantuan itu dirasakan betul manfaatnya oleh masyarakat, yang sudah mengalami krisis air bersih sejak empat bulan lalu.

 

Baca juga: Pembangunan Intake di Sungai Ciujung Akan Penuhi Kebutuhan Air Bersih Warga Ditiga Kecamatan

 

“Kekeringan sejak empat bulan lalu. Tapi dua bulan terakhir paling parah, tepatnya sejak aliran PDAM tidak mati,” ucapnya.

 

Tobri menyebut, selama krisis air bersih, warga hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah maupun swasta. “Karena PDAM tidak mengalir dan sungai juga mengering jadi seluruh warga terkena imbasnya,” tutup dia. (Ahmad)

Berita Terkait