Protes Infrastruktur di Pandeglang Melalui Teater “Jalan Pulang”

Teater Jalan Pulang

e-Flyer pertunjukan teater "Jalan Pulang" yang digagas Ruang Kreatif Halaman Budaya. (Istimewa)

PANDEGLANG, BINGAR.ID – Sebuah pertunjukan seni teater dengan tajuk “Jalan Pulang” akan dihelat di Ruang Kreatif Halaman Budaya, di Kampung Lame, Desa Mekarsari, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang pada Senin-Rabu (8-10/11/2021).

Sutradara “Jalan Pulang” RA Yopi Hendrawan Utoyo membeberkan, Jalan Pulang merupakan ekspresi sekaligus protes atas buruknya infrastruktur jalan di tempatnya tinggal, tepat di lokasi pementasan itu akan digelar. Soalnya saat kembali dari studinya di Surakarta tahun 2017 lalu, kondisi jalan menuju kampung halamannya tidak berubah.

“Saat kembali, ternyata jalan pulang ke kampung halaman masih saja berlubang, becek, dan penuh lumpur. Padahal letaknya dekat dengan Tanjung Lesung yang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus” keluh Yopi kepada Bingar, Minggu (7/11/2021).

Baca juga: “Rengkong” Sebuah Kesenian Buhun Bernafaskan Religi

Baginya, Jalan Pulang tak sekadar protes. Tapi dia adalah upaya mengembalikan ingatan masa lalu yang diterjemahkan tubuh lewat beragam ekspresi dan estetika, dan diharapkan pesan yang sampai ke penonton adalah pesan yang beraneka ragam.

“Pementasan ini dimaksudkan untuk memberikan keluasan tafsir kepada penonton, dan jangan lupa, pagelaran ini dibuat menjadi tiga bagian, jadi agar sempurna saksikanlah dari bagian pertama sampai baian akhir,” ajak Yopi.

RA Yopi Hendrawan adalah pegiat teater yang pernah berkuliah di ISI Yogyakarta dan menyelesaikan studinya di ISI Surakarta. Pada tahun 2017, mendirikan Ruang Kreatif Jalan Pulang sebagai bentuk ikhtiarnya untuk bisa mengembangkan potensi seni dan budaya di daerahnya setelah memutuskan kembali ke kampung halaman.

Baca juga: Petani Sekaligus Musisi, Boeatan Tjibalioeng Rilis Lagu Semangat Agraria

“Dalam proses kekaryaan Jalan Pulang, kita mendapati bahwa seni tradisi yang bertahan di masyarakat sangat kental dengan spiritualisme. Bahwa seni bukan hanya bentuk hiburan. Para seniman tradisi memegang teguh seni sebagai ritual, termasuk Macasyekh,” tandasnya.

Sementara Pimpinan Produksi, Nanda Maulana membocorkan bahwa setiap malam pukul 19.30 WIB akan hadir peristiwa yang membentuk rangkaian wacana Jalan Pulang, membawa kerinduan dan nostalgia tentang memori yang melekat dalam tubuh jasad dan kalbu.

“Pada malam pertama dan kedua, pementasan berdurasi sekitar 40 menit. Sementara pada malam terakhir pementasan berdurasi sekitar 1 jam 15 menit. Penonton yang ingin menginap, bisa membawa tenda karena kami sediakan camping ground, serta kudapan dan kopi untuk dinikmati bersama,” terangnya.

Baca juga: Terancam Punah, Kejati Sarankan Pelestarian Ubruk Banten Lewat Perda

Proses garapan ini melibatkan banyak komunitas dan sanggar seni dan budaya lintas disiplin. Mulai dari komunitas teater kampus Teater Kain Hitam, Gesbica UIN Banten, UNBAJA, Muklis Dance Company, Sanggar Ringkang Gumilang, dan masih banyak lagi. Termasuk, Stage Manager pagelaran ini adalah Kristo Robot (Lesoburt Art NTT).

“Keterlibatan banyak pihak diharapkan dapat menyemarakkan ruang-ruang kreatifitas di daerah pinggiran yang jauh dari kota. Tidak hanya itu, warga Kampung Lame pun dilibatkan selain untuk menampilkan kesenian tradisional, juga sebagai aktor dalam pentas teater modern, penata artistik, hingga penata cahaya,” tandas Nanda.

Pertunjukkan seni teater ini akan melibatkan lima seni tradisi khas Pandeglang terdiri atas Macasyekh, Kidung, Beluk Dzikir Saman, Pencak Silat dan Debus, hingga Ubrug. (Ahmad/Red)

Berita Terkait