JAKARTA, BINGAR.ID – Bank Indonesia (BI) mencatat jumlah Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencapai US$417,5 miliar atau setara Rp5.817,02 triliun (kurs Rp13.933 per dolar AS) pada kuartal IV 2020. Jumlah ULN Indonesia ini meningkat 3,5 persen secara tahunan dari US$404,3 miliar pada kuartal IV 2019.
Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan peningkatan utang berasal dari utang pemerintah dan bank sentral yang mencapai US$209,2 miliar dan utang swasta termasuk BUMN US$208,3 miliar.
Erwin mengatakan utang pemerintah mencapai US$206,4 miliar atau tumbuh 3,3 persen dari kuartal IV 2020. Peningkatan utang terjadu karena penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar keuangan.
Baca juga: Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.099 Triliun
Penarikan utang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Ada penarikan sebagian komitmen pinjaman luar negeri untuk mendukung penanganan pandemi Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),” kata Erwin dalam keterangan resmi, Senin (15/2/2021).
Erwin memaparkan utang pemerintah digunakan untuk belaja di sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sekitar 23,9 persen dari total ULN pemerintah.
Lalu, untuk sektor konstruksi 16,7 persen, sektor jasa pendidikan 16,7 persen, dan sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 11,9 persen, serta sektor jasa keuangan dan asuransi 11,1 persen.
Sementara, utang swasta tumbuh 3,8 persen secara tahunan. Namun, pertumbuhan utang sejatinya melambat dari kuartal III 2020 secara tahunan mencapai 6,2 persen.
“Perkembangan ini didorong oleh melambatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan serta kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan yang lebih dalam,” jelasnya.
Baca juga: Naik 4 Persen, Utang Luar Negeri Indonesia Kini SebesarRp5.853 Triliun
Berdasarkan sektornya, utang swasta banyak mengalir ke sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian dengan porsi mencapai 77,1% dari total utang. Sisanya, mengalir ke sektor lain.
Di sisi lain, BI mencatat total utang luar negeri mencapai 39,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Rasionya meningkat dari 38,1 persen pada kuartal sebelumnya.
Dari jumlah utang, sekitar 89,1 persen merupakan utang jangka panjang. Sisanya utang jangka pendek.
“Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” tuturnya. (Agisna/Red)