BINGAR.ID – Saat anak menjalani puasa bulan Ramadan, tak jarang si buah hati banyak yang suka marah tak jelas kepada orang tua.
Semua itu di karenakan beberapa faktor, baik kondisi badan yang kurang asupan makan bahkan kurang tidur.
Untuk meminalisir semua itu sebaiknya orang tua harus mengikuti anjuran para psikolog agar si anak lebih paham terkait makna puasa.
Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Irma Gustiana, M.Psi., Psi., menyarankan agar orang tua memberikan pembelajaran pada anak yang baru berusia 7 tahun ke bawah secara bertahap.
Misalnya, pada saat azan ia boleh makan dan minum atau tiap 3 jam sekali ia boleh membatalkan puasanya. Semua itu agar si anak bisa lebih mengontrol emosi dan si orang tua bisa menyisihkan beberapa pemahaman terkait makna puasa.
“Jadi, sistemnya puasa beduk, puasa setengah hari atau seperempat hari. Biasanya anak-anak umur 6-7 tahun kalau sekolah dia pasti akan setengah hari karena enggak bakal makan dan minum di sekolah karena nanti temannya bakal tanya “kok, enggak puasa?” kata Irma.
Cara lain yang bisa diterapkan yakni mengatur waktu tidur si anak. Semua itu disarankan agar si anak tak susah dibangunkan saat sahur sekaligus tak menimbulkan dirinya untuk marah-marah pada saat sahur.
“Jelaskan pada anak kalau bulan Ramadan itu, kita tidurnya lebih cepat. Karena kita nanti jam 4 mesti bangun. Kemudian, kita setting sebelum puasa untuk anak tidur lebih awal,” ujarnya.
Namun di samping itu, sudah seharusnya orang tua tetap memberi tahu anak soal konsep-konsep keagamaan. Bukan cuma soal konsep tidak makan dan tidak minum saat berpuasa, tapi anak juga diberitahu bahwa umat muslim harus bisa menahan amarah.
“Anak-anak kecil karena belum mengerti (puasa), biasanya sampai kelas 2 masih suka cranky. Enggak apa-apa, wajar karena dia lagi belajar. Karena belum ada keharusan juga secara agama, tepat banget orang tua ngajarin konsep-konsep keagamaan pada anak,” tutup founder dari Ruang Tumbuh tersebut. (*Azis/Red)