Teguh Karya, Maestro Film Asal Pandeglang Peraih Enam Piala Citra

Teguh Karya

Teguh Karya lahir di Pandeglang pada 22 September 1937. Teguh Karya terlahir dengan nama Steve Liem Tjoan Hok. (lokadata)

PANDEGLANG, BINGAR.ID – Meski industri perfilman di Pandeglang belum sebesar daerah-daerah lain di Indonesia, namun dari sudut kota ini, pernah lahir seorang maestro film tanah air.

Dia telah melahirkan karya-karya masterpiece yang meraih berbagai penghargaan bergengsi. Bahkan dari film-filmnya juga turut melahirkan sineas kenamaan yang nantinya menjadi influence bagi generasi penerusnya.

Orang yang dimaksud adalah Teguh Karya, pria kelahiran Pandeglang 22 September 1937.  Teguh Karya terlahir dengan nama Steve Liem Tjoan Hok. Ia adalah anak pertama dari Laksana Karya (Tjon Hok) dan Naomi Yahya yang merupakan keturunan Tionghoa Indonesia.

Baca juga: “Ngalindur” Berhasil Sabet Dua Penghargaan Sekaligus Dalam Festival Film Banten 2021

Mengutip dari Budaya Aing Geh, darah Banten ia dapatkan dari neneknya. Ia bersekolah di sekolah dasar di daerah Pandeglang, tetapi pindah ke Jakarta untuk menempuh sekolah menengah pertama.

Dari catatan Library of Film Figures tahun 2008, Teguh Karya yang oleh rekan terdekatnya akrab dipanggil Om Steve, telah meraih enam Piala Citra kategori Sutradara Terbaik dalam Festival Film Indonesia. Hal ini menjadikannya sebagai peraih Piala Citra terbanyak dari Sembilan nominasi.

Selain itu, ia juga menjadi sutradara yang film-filmnya paling banyak dinobatkan sebagai Film Terbaik, yaitu sebanyak lima kali dari delapan nominasi.

Baca juga: Masuk Seleksi Oscar 2022, Film Berdialeg Jawa Serang “Yuni” Tayang Perdana

Film-filmnya melahirkan banyak aktor dan aktris terkemuka Indonesia seperti Slamet Rahardjo, Christine Hakim, dan Alex Komang. Sejumlah judul film karya Teguh yang berhasil mengangkat nama sutradara dan pemain bintangnya, diantaranya, Wajah Seorang Laki-Laki (1971), Cinta Pertama (1973), Ranjang Pengantin (1974), Kawin Lari (1975), Perkawinan Semusim (1977), Badai Pasti Berlalu (1977), November 1828 (1979), Di Balik Kelambu (1982), Secangkir Kopi Pahit (1983), Doea Tanda Mata (1984), Ibunda (1986), dan Pacar Ketinggalan Kereta (1986).

Teguh belajar di Akademi Seni dan Film Indonesia (ASDRAFI) Yogyakarta dari tahun 1954-1955. Lalu, ia belajar di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) Jakarta dari tahun 1957 sampai 1961. Ia mendapat beasiswa untuk belajar drama dan film di East–West Center Universitas Hawaii di Honolulu tahun 1963.Sepulang ke Indonesia dia mengajar seni peran di ATNI (1964).

Teguh Karya juga merupakan penimpin Teater Populer sejak berdirinya tahun 1968. Karyanya di Teater Populer yang kemudian berhasil memproduksi sejumlah drama, yaitu Pernikahan Darah (1971), Inspektur Jenderal, Kopral Woyzeck (1973), dan Perempuan Pilihan Dewa (1974).

Baca juga: Jelang Peluncuran Film Balada Si Roy, Paduraksa Persembahkan “Jesse Namanya”

Teguh memulai debut film pada tahun 1971 lewat Wadjah Seorang Laki-Laki sebagai penulis cerita, skenario, dan sutradara. Dua tahun kemudian ia merilis film Cinta Pertama, yang membawanya meraih Piala Citra serta mengangkat karier akting bintangnya, Christine Hakim. Karya kemudian merilis tiga film romansa lain, Ranjang Pengantin, Kawin Lari, dan Perkawinan Semusim.

Pada tahun 1998, Karya menderita stroke, yang menyebabkan kehilangan ingatan dan membuatnya harus duduk di kursi roda sampai akhir hidupnya. Ia meninggal pada usia 64 tahun di Rumah Sakit Angkatan Laut Mintoharjo, Jakarta Pusat pada 11 Desember 2001.

Penyelenggaraan Festival Film Indonesia 2015 memberi penghormatan kepada Teguh Karya dengan menjadikan tema festival tahun tersebut, “Tribute to Teguh Karya”. Acara malam penganugerahan Piala Citra festival ini diselenggarakan di Banten yang merupakan provinsi kelahiran sang legenda film. (Ahmad)

Berita Terkait

Berita Terbaru