Oleh : Aditya Putra
Bingar.id – “Kentalnya kharisma, yang dibangun oleh sikap dan watak ahlak tinggi, merupakan suatu bentuk kemurnian nurani, yang hakiki. Beradaptasi dan rendah diri, didalam menyikapi hidup dan kehidupan, adalah pencerminan suatu identitas dimata umum. Sehingga tidak ada jampe-pamake, ataupun saratnya benda pusaka, yang mampu menandinginya.”
Bila ada suatu keinginan menggunakan “Jampe-pamake,” untuk meningkatkan pamor dan kharisma, agar disukai orang banyak. Merupakan suatu cermin, dari rasa rendah diri, maupun dilatar belakangi oleh sikap yang ingin dipandang “ter” dan “paling” dimata umum. Sehingga dengan tanpa sadar, keyakinannya telah tergadaikan untuk suatu tujuan, yang mana pada hakekatnya, selalu menyimpang dari kemurnian yang hakiki.
Ada sebuah sugesti, dimana bila kita melihat orang memakan buah muda, yang masam, maka kita akan ikut merasakannya. Mulai dari rasa ngilu saat digigit, bebarengan dengan air liur yang mengucur saat ditelan, dan linu dibuatnya. Padahal sudah jelas, kita tidak memakannya, namun rasa merenggut angan-angan. Demikianlah kira-kira, bila kita melihat orang yang menggunakan jampe-pamake, aji pemikat, atau banyak orang mengenal dengan nama “Susuk.”
Baca Juga : https://bingar.id/aji-penakluk/
Adanya sebuah kekuatan mistis, pada si pengguna susuk, merupakan misteri Illahi, yang sulit untuk dijabarkan. Pasalnya, bila mata sudah menyentuh pandang, langsung menggelitik ingatan, bahkan sampai menggoda iman, yang akhirnya, mampu jatuh kedalam pelukan sipengguna susuk.
Misteri susuk, juga tak jauh beda dengan aji penakluk, baik ejaanya maupun penjabarannya. Karena pada prinsipnya, antara aji penakluk dengan susuk, sama-sama memikat sugesti, agar mampu menarik hati seseorang. Bahkan konon katanya, susuk juga mampu membuat seseorang, tampil menjadi yang “Paling” dan “Ter,” diantara khalayak orang banyak. Sehingga kesannya selalu melekat, pada rasa penasaran dan kengin tahuan, dari orang-orang yang melihatnya.
Beragam jenis susuk yang dapat di gunakan, sesuai dengan permintaan dari orang yang menghendakinya. Namun tetap, ketentun dimana dipasangnya, berada pada si pemasang (dukun-red). Apa itu bahan bakunya dari emas, platina (emas putih-red), intan maupun berlian, yang disisipkan di bawah kulit diatas daging, pada bagian-bagian tubuh tertentu, yang dianggap layak, untuk pemikat penampilan.
Biasanya bahan-bahan susuk tersebut, ditaruh pada bagian kening, di sudut bibir, di ujung mata, di dagu, ujung jari sampai di pinggul. Dimana semua ketentuan itu, merupakan suatu syarat si pemasang. Sesuai dengan pemaksudan dan keinginan si pengguna susuk. Dibagian mana, ia ingin tampil “paling” dan “ter.” Sehingga menarik minat dan menggugah rasa yang melihatnya.
Umumnya pemakai susuk, didominasi kaum hawa (perempuan-red), yang penghidupan hari-harinya, selalu berada di atas pentas pergaulan, sebagai syarat daya tarik pemancing perhatian, terutama bagi laki-laki. Walaupun tidak semua kaum hawa yang menarik selalu menggunakan susuk. Ada juga kaum hawa yang mempunyai daya tarik tersendiri (alami) yang lahir dari kemurnian hati dan ketinggian ahlaknya. (*)