PANDEGLANG, BINGAR.ID – Tepat pukul 08.00 WIB, Surni keluar dari rumah, untuk menjajakan jamu yang dia racik sendiri dengan menyusuri rumah-rumah warga, pasar hingga menembus pelosok kampung.
‘Jamu-jamu’ suara Surni begitu nampak terdengar, membuat pelanggan langsung menghampirinya. Dengan pelan, Surni menurunkan bakul berisi botolan jamu. Sambil duduk tersipuh, Surni menuangkan jamu ke gelas kaca untuk para pembeli.
Meski usianya tak lagi muda, Surni (51) warga Kampung Lebak Huni, Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, tetap berjuang mencari pundi-pundi rupiah demi turut serta meringankan ekonomi keluarga.
“Pekerjaan saya saat ini hanya berjualan jamu keliling ke pasar hingga ke pelosok kampung. Saya sudah 5 tahun berjualan jamu ini, biasa menjualnya dari pukul 08.00 WIB, sampai habis,” kata Surni, Selasa (21/4/2020).
Ibu 7 anak itu, harus menempuh jarak kiloan meter untuk menjual jamu. Jamu yang dia jual seharga Rp2.000 per-gelas. Meski demikian, Surni mampu meringankan dan menghidupi anak-anaknya.
“Satu gelas Rp2.000, alhamdulilah buat sehari-hari mah cukup,” ujarnya.
Sebelum berjualan Jamu, Surni juga pernah menggeluti usaha lain, seperti jualan makanan di pojok Pasar Citeureup. Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena tidak memiliki pelanggan tetap.
Alasan Surni menjual jamu, ingin turut berkontribusi dalam menyehatkan putra-putri di daerahnya. Karena dia meyakini, meski jamu terlihat ‘kolot’ namun kandungan di dalam jamu memiliki berbagai khasiat bagi tubuh.
“Hanya berjualan jamu lah yang saya tekuni sekarang dan saya bersyukur banyak pelanggan yang sudah berlangganan setiap hari, mudah-mudahan dengan meminum jamu saya, pelanggan pada merasa sehat,” ujarnya.
Gejolak sosial dampak penyebaran Virus Corona (Covid-19), diakuinya ikut berdampak terhadap penjualan jamu miliknya, para pelanggan yang biasanya selalu membayar, kini menghutang.
“Kalau jamu nya mah laku keras, cuma kadang ada yang ngutang. Tapi enggak apa-apa, lagi musim gini kan,” pungkasnya. (Deden/Fauzan/Red).