PANDEGLANG, BINGAR.ID – Dari sekian banyak kerajinan yang dilahirkan tangan-tangan terampil penduduk Kabupaten Pandeglang, tercipta satu karya yang mencuri perhatian. Kerajinan lokal itu adalah Batik Cikadu.
Batik Cikadu tidak hanya diminati pasar lokal, tapi nasional hingga internasional. Batik Cikadu dibuat langsung oleh para ahli dari Pekalongan, dengan bermodalkan pembinaan yang sangat telaten.
Sudah ratusan karya para pembatik asal Kampung Cikadu Indah, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang direspons positif oleh Pemerintah Daerah sampai pusat dan terus dilakukan pengembangan.
Baca juga: Hatta Suhata ‘Sulap’ Batok Kelapa Jadi Kerajinan Bernilai Jual
Di tengah pandemi Covid-19, tingkat permintaan pasar memang tidak terlalu berpengaruh secara signifikan. Namun dari sisi produktivitas tidak terlalu digenjot.
Batik Cikadu tersebut dibuat dari bahan yang diproduksi dan dikirim dari Pekalongan, bahkan berbagai properti seperti canting untuk membuat batik, lilin, pola cetak, dan beberapa pewarna batik juga dikirim dari Pekalongan.
Untuk harga, Batik Cikadu dipatok dengan tariff yang bervariatif, tergantung dari tingkat kesulitan dan kerumitan. Untuk batik tulis dibandrol mulai harga Rp1 juta per dua meter, sedangan untuk batik cap dibandrol mulai harga Rp160 ribu per dua meter kain batik.
Baca juga: Kerajinan Eceng Gondok Kota Tangerang Dilirik Pasar Eropa
Selain tingkat kerumitan, yang memengaruhi harga Batik Cikadu ini juga dipengaruhi oleh banyaknya warna yang digunakan, karena akan memakan biaya yang cukup besar dalam proses produksinya.
Salah seorang penggiat batik di Sanggar Batik Cikadu, Amsari menuturkan, koleksi karya batiknya sudah mencapai lima puluh lebih pola, bahkan untuk pemasaran saat ini pihaknya sudah tembus kancah nasional.
“Kalau untuk koleksi batik di kita itu ada 50 lebih pola, dan kebanyakan tentunya polanya mencirikan ikon Pandeglang seperti badak cula satu, bedug, pencak silat (debus), tugu jam, dan berbagai ikon lainnya,” kata Amsari saat ditemui Bingar, Selasa (20/4/2021).
Baca juga: Pelaku UMKM, Daftarkan Merek Dagang Anda di Sini, Gratis!
Pengrajin lainnya, Neng Khofifah mengatakan, dirinya membatik untuk mengisi waktu luang agar lebih produktif. Dia menyebut perajin batik di daerah Cikadu juga banyak dari kalangan ibu-ibu.
“Kalau saya membuat batik ini mengisi waktu senggang, tapi biasanya ada ibu-ibu yang membatik di sini, tapi sekarang tidak ada,” ucapnya. (Syamsul/Red)