CILEGON, BINGAR.ID – Pabrik Hot Strip Mill #2 (HSM 2) milik PT. Krakatau Steel (KS) di Cilegon, Banten, direncanakan akan diresmikan pada April 2021 mendatang.
Pembangunan pabrik itu didorong untuk meningkatkan daya saing dan produktivitasnya agar dapat berkontribusi dalam program substitusi impor hingga 35 persen pada 2022. Sederhananya, program ini untuk menekan impor baja di Indonesia.
“Kami berikan apresiasi kepada Krakatau Steel dengan perluasan fasilitas produksi yang akan berkontribusi terhadap program substitusi impor yang dicanangkan oleh pemerintah,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Jumat (26/3/2021).
Baca juga: Krakatau Steel Targetkan Ekspor 400 Ribu Ton Baja
Agus memuji bahwa Krakatau Steel karena telah melakukan banyak perubahan dan kemajuan. Transformasi perseroan dinilai berjalan baik, setelah dibangunnya pabrik HSM 2, HRC Krakatau Steel menjadi 3,9 juta ton per tahun.
“Rencananya investasi sebesar US$521 juta ini akan diresmikan oleh Presiden pada minggu ketiga April mendatang,” imbuh dia.
Pada tahap pertama, kapasitas produksinya diperkirakan mencapai 1,5 juta Hot Rolled Coil (HRC) per tahun. Kemudian, ditargetkan naik menjadi 4 juta ton HRC/tahun.
Baca juga: Krakatau Steel Dapat Suntikan Dana Investasi Rp2,2 Triliun
Produk HRC ini nantinya diharapkan dapat mengisi pasar baja nasional, terutama untuk supply chain otomotif dan pengembangan infrastruktur yang semakin meningkat.
“Kami percaya ini akan berkontribusi signifikan, khususnya bagi industri otomotif. Kami juga yakin Krakatau Steel dapat berkembang dan menjalankan bisnisnya dengan penuh kredibilitas,” terang Agus.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengungkapkan, produk utama dari HSM 2 ialah produk baja HRC yang didedikasikan untuk memenuhi pasar otomotif dengan spesifikasi kualitas tinggi.
Baca juga: Merak-Bakauheni Akan Dibangun Berbagai Proyek Megah
Hingga saat ini, produksi eksisting HSM mencapai 2,4 juta ton. Dengan dibangunnya HSM 2, kapasitas produksi akan bertambah 1,5 juta ton per tahun. Kapasitasnya nanti akan menjadi 3,9 juta ton per tahun.
“Kami bisa berkontribusi terhadap market HRC lokal sebesar 65 persen, sisanya didukung oleh industri lainnya di dalam negeri,” tandasnya. (Aditya/Red)