PANDEGLANG, BINGAR.ID – Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah. Di bulan ini, diturunkan Al Qur’an sebagai Kalam Allah untuk menjadi pedoman hidup manusia sekaligus pedoman kembali ke Allah SWT.
Karena itu, bulan Ramadhan juga disebut bulan Al Quran (Syahrul Quran). Pada bulan ini, biasanya Pondok Pesantren (Ponpes) salaf di Kabupaten Pandeglang mengadakan pengajian kitab yang biasa di sebut dengan ngaji pasaran.
Ngaji pasaran ini merupakan tradisi yang menghiasai Ponpes selama Ramadhan. Tradisi ini sudah turun temurun dilakukan oleh ulama salaf.
Salah satu Ponpes yang menggelar ngaji pasaran yakni, Ponpes Bani Jaja. Disana terlihat beberapa santri rutin mempelajari kitab kuning yang dilakukan ba’da sholat S0unnah Tarawih. Mereka menyebar duduk bersila dilantai majlis yang terbuat dari kayu.
Kitab dan sebuah pena berujung tajam sudah mereka genggam tanda dimulainya ngaji. Kitab dengan kertas warna kuning dan berbahasa Arab tanpa harakat atau gundul pun mereka buka. Tak lupa sebelumnya mereka melantunkan doa memohon berkah ilmu sebagai pembuka majlis pengajian kitab.
Dengan bantuan meja, sang ustad dan para santri mulai membaca kitab berbahasa Arab dengan diterjemahkan dalam bahasa Jawa sebagaimana lazimnya, para santri menulis makna terjemahan kata per-kata dengan kode atau ejaan tertentu pada kitab yang mereka pegang dengan bahasa daerah atau bahasa Indonesia.
Teknik memaknai kata dalam bahasa daerah dengan menggunakan huruf Arab itu lazim disebut Arab pego atau pegon.
Begitulah suasana malam hari ngaji pasaran kitab selama Ramadan yang digelar Ponpes yang terletak di Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Pengajian khataman kitab itu rutin digelar setiap tahun selama bulan puasa Ramadan. Tahun ini menyajikan 3 judul kitab kuning yang dibaca dan dikaji. Salah satunya, Kitab Muhtahasor Zidan, Risalatul Muawanah dan Ta’lim Mu’ta’lim.
Kitab-kitab karangan ulama salaf dan kontekstual hingga sekarang itu beragam bidang. Ada yang membahas tentang tafsir hadits, Al Quran, fikih atau panduan ibadah, akhlak atau moral, hingga tasawuf atau filsafat
“Tahun ini ada 3 kitab yang dikhatamkan (Dituntaskan) sampai Ramadhan selesai. Pengajian kitab tersebut dilakukan ba’da (Setelah) Tarawih. Tiga kitab diproyeksikan selesai selama Ramadhan,” kata Pengurus Ponpes Bani Jaja, Ustadz Muhamad Rahmat Arifin, Senin (11/5/2020).
Menurut ustadz Rahmat, dinamakan ngaji pasaran karena para santri dibebaskan untuk mengikuti hataman kitab yang mana saja yang mau dihatamkan terlebih dahulu.
“Para santri juga dibebaskan mau ikut khataman kitab yang mana, bebasnya memilih kitab yang akan di khatamkan ini sering disebut dengan istilah pasaran. Maksudnya, santri dibebaskan seperti memilih barang di pasar, mana yang disukai dan diminati, itu yang diambil,” jelasnya.
Tak hanya santri Ponpes Bani Jaja yang mengikuti ngaji pasaran tersebut. Namun, masyarakat dan santri dari luar atau yang biasa di sebut santri kalong atau kelalawar pemburu khataman kitab, ikut mengikuti ngaji pasaran disana.
“Kenapa dinamakan santri kalong, karena biasanya setelah khataman kitab selama Ramadan selssai, mereka pulang ke rumah masing-masing. Jadi itu hanya filosofi yang diambil dari kelalawar saja,” pungkasnya. (Deden/Red)