“Lima Pare” Karya Sineas Muda Pandeglang, Yang Masuk Nominasi Festival Film di 5 Negara

Lima Pare

Fahmi dan Ilham, sang kreator film Lima Pare asal Pandeglang-Banten

PANDEGLANG, BINGAR.ID – Sebuah film dokumenter garapan sineas muda asal Kabupaten Pandeglang, yang berjudul “LIMA PARE” berhasil melalang buana hingga ke 5 negara, sebagai salah satu nominator pada setiap ajang Festival Film di negara-negara tersebut.

Lima Pare yang merupakan film dokumenter karya Fahmi Abdul Aziz dan Ilham Aulia Japra ini, bercerita tentang ketahanan pangan di masyarakat adat Baduy dan kaitannya dengan teknologi.

Baca Juga : Teguh Karya, Maestro Film Asal Pandeglang Peraih Enam Piala Citra

Fahmi bercerita, bagaimana film garapan mereka bisa tembus ke manca negara, untuk mengikuti ajang bergengsi, hingga akhirnya menembus posisi nominasi pada setiap ajangnya.

“Berawal pada Juli 2022 lalu, kami mengirimkan proposal ide film Lima Pare ini pada ajang Eagle Award Documentary Competition dan bersaing dengan ratusan proposal lainnya dari seluruh sineas Indonesia,” ungkap Fahmi, Sabtu 15 Juni 2024.

“Saat itu ada lima ide cerita, yakni dari Sumbawa, Kalimantan Utara, Depok, Gorontalo dan Banten. Dimana Lima Pare akhirnya berhasil terpilih sebagai film dokumenter yang mewakili Banten,” sambungnya.

Baca Juga : Masuk Seleksi Oscar 2022, Film Berdialeg Jawa Serang “Yuni” Tayang Perdana

Masih menurut Fahmi, bahwa film Lima Pare itu menceritakan tentang kebudayaan serta adat masyarakat suku Baduy dalam menanam padi (ngaseuk).

“Kami mengangkat Ngaseuk dalam film Lima Pare, yang merupakan ritus menanam padi, yang wajib dilakukan oleh setiap masyarakat suku Baduy di akhir tahun,” tegasnya.

Lima Pare
Film dokumenter Lima Pare yang berhasil tembus 5 negara untuk mengikuti festival film bergengsi di negara-negara tersebut. Istimewa

Demikian juga dijelaskan Japra, bahwa alasan memilih suku Baduy sebagai setting dari ide cerita itu, karena secara sosiologis dan teologis suku Baduy tersebut masih memegang teguh ajaran adat sunda, baik agama, budaya, juga hukum adat.

Baca Juga : Tiga Film Indonesia yang Akan Diproduksi Ulang di Hollywood

“Melihat latar belakang itulah, menjadi sebab kami memilih suku Baduy, sebagai topik dalam film yang di garap,” ujarnya.

Dari sekian banyak peristiwa menarik di Baduy, kata Japra, salah satu topik yang menarik untuk dikonsumsi publik adalah ketika mereka menanam padi.

“Padi merupakan solusi masyarakat Baduy untuk mengatasi krisis pangan. Bahkan padi di Baduy bisa cukup untuk memenuhi pangan enam generasi di masyarakat Baduy,” pungkasnya.

AJANG YANG DIIKUTI

Pada tahun 2023 lalu, film LIMA PARE berhasil masuk “Short list Festival Film Indonesia,” serta menjadi special screening Festival Film Sumbawa, dan karya sineas kakak beradik ini pun berhasil menyabet juara tiga pada ajang “Eagle Award Documentary Competition.”

Baca Juga : Une Barque Sur L’Ocean, Film Promosi Wisata Indonesia di Prancis

Meski sudah melenggang ke berbagai negara, nyatanya di daerah sendiri film tersebut minim apresiasi dan luput dari perhatian pemerintah dan masyarakat Banten. Padahal di tahun 2024 ini saja, film dokumenter “Lima Pare” berhasil melenggang di lima negara, di antaranya:

1. Nomine Best International Documentary di International Ecological TV Festival TO SAVE AND PRESERVE XXVIII 2024 (Rusia).

2. Nomine Best International Documentary at Bangladesh International Short and Independent Film Festival 2024 (Bangladesh).

3. Official Selection Lift-Off Global Network (Inggris).

4. Galil Adventure and Human Nature 2024 (Israel, lolos seleksi tahap 1 (masih akan diperbarui keikutsertaannya.

5. KLIFA Awards 2024 (Kuala Lumpur). (Adytia)

Berita Terkait

Berita Terbaru