BINGAR.ID – Kementerian Agama menyatakan terdapat lima hal yang akan dilakukan pemerintah untuk membantu pesantren membuka kembali pembelajaran.
Pelaksana Tugas Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama, Imam Syafei, mengatakan pertama usulan bantuan operasional untuk pesantren menghadapi kenormalan baru atau new normal, yang telah diajukan ke Kementerian Keuangan.
Kedua, lanjut Imam, bantuan pembelajaran daring bagi pesantren yang belum mau membuka pesantren. Sebab, meskipun sudah dibolehkan untuk membuka, masih ada pesantren yang belum membuka kembali kegiatan santri demi memastikan aman dari Covid-19.
Selanjutnya, Kemenag juga mendorong pemberian insentif bagi ustaz maupun ustazah dan tenaga kependidikan di pesantren.
Selain itu, paling penting dalam mengupayakan protokol kesehatan di pesantren adalah dukungan pemeriksaan kesehatan.
Dia mengatakan, terkait poin ini, sudah berjalan disejumlah pesantren untuk layanan kesehatan di daerah maupun berkerjasama dengan pemerintah daerah
Terakhir, lanjut Imam, usulan bantuan kepada pesantren terkait sarana dan prasarana, yang diajukan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
“Kita bicarakan dengan PUPR, tempat cuci tangan wudu dan MCK, ini yang fasilitas yang sangat dibutuhkan karena biasanya pesantren satu tempat wudu berapa puluh orang ini dibicarakan dgn Kemenkeu,” ujar Imam.
“Langkah ini sudah rakor dengan lintas kementerian, untuk mendukung kenormalan baru di pesantren, sudah dalam proses pengusulan, mudah-mudahan bisa memenuhi harapan tadi,” sambungnya.
Dia juga menjelaskan, gambaran pesantren dengan jumlah 28.194 pesantren sangat luar biasa, sehingga harus disikapi secara serius. Sementara, kondisi pesantren saat pandemi Covid-19 juga berbeda-beda.
Dari pesantren tersebut, ada pesantren yang sama sekali tidak memulangkan santrinya, dan ada juga yang pesantren memilih memulangkan seluruh santri.
“Tapi ada sebagian santri pulang, ada sebagian masih tertahan, saya cek ada seperti di Magelang, Bogor dan beberapa tempat, meskipun pulangkan santrinya tapi santri yang masih tinggal banyak,” ujarnya.
Ada pesantren juga yang sudah bersiap melakukan penerimaan santri baru. Sementara itu, model pembelajaran di pesantren tetap mengaji di pondok dengan protokol pembatasan yang ketat.
“Ini terutama yang kondisi pertama tadi yaitu kondisi santri yang tidak pulang memang sampai hari ini mereka masih belajar tetapi dengan tetap protokol kesehatan,” ujarnya.
Kedua, model pembelajaran ngaji dari rumah juga diberlakukan bagi pesantren yang belum menilai kegiatan. Melalui pembelajaran daring dengan skema dan target capaian yang ditetapkan pengasuh.
“Namun demikian pengertian daring di sini tidak seperti e-learning yang modern karena pesantren masih ada beberapa kendala, seperti live streaming,” kata dia. (*Ahmad/Red).