Kematian Akibat Tuberkulosis di Pandeglang Tertinggi Setelah Jantung dan Stroke

Penderita Tuberkulosis di Pandeglang

Ilustrasi. Penderita Tuberkulosis di Pandeglang tergolong tinggi. Bahkan menjadi penyumbang kematian kedua setelah kardiovaskuler. (Freepik)

PANDEGLANG, BINGAR.ID – Penularan penyakit tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Pandeglang tergolong tinggi. Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinkes Pandeglang, Achmad Sulaeman menyebut, penderita TBC di Pandeglang hanya kalah dari penyakit kardiovaskuler, seperti jantung, stroke, maupun hipertensi.

“Penyumbang kematian dari TBC ini tinggi, setelah penyakit kardiovaskuler seperti jantung, stroke, dan hipertensi, adalah penyakit infeksi TBC,” katanya, Rabu (24/3/2021).

Baca juga: 5 Masalah Batin Ini Ternyata Bisa Picu Penyakit Fisik

Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan setempat, jumlah penderita TBC tahun 2019 mencapai 2.362 jiwa yang menyebabkan 69 orang meninggal dunia. Sementara di tahun 2020, jumlahnya tercatat sebanyak 2.098 penderita. Sebagian besar penderita TBC di Pandeglang tersebar di Cimanuk dan Labuan.

“Gejalanya yang jelas batuk tidak berhenti-henti, jadi istilahnya batuk 100 hari. Batuk kering, tidak lama berat badan menurun, dan lebih parah lagi ketika batuk berdarah,” terangnya.

Baca juga: Hari Jantung Sedunia, Waspadai Penyakit Gagal Jantung Permanen

Dia menjelaskan, tingginya penderita TBC di Pandeglang disebabkan dua faktor. Pertama karena pengobatan yang dilakukan penderita tidak lengkap.

“Kedua, kesadaran terhadap bahaya TBC masih kurang. Mungkin penyuluhannya harus dikuatkan lagi dari mulai Puskesmas sampai ke desa. Bahkan keluarga juga nanti harus tahu bagaimana TBC bisa menyebar dan berbahaya di kita. Ini berbahaya, loh,” katanya.

Baca juga: Bahaya Menjemur Baju di Dalam Rumah saat Musim Hujan

Dirinya menerangkan, pemerintah sudah berupaya untuk menekan peningkatan kasus TBC di Pandeglang. Padahal TBC termasuk Standar Pelayanan Minimal (SPM) ditiap Puskesmas yang mewajibkan fasilitas kesehatan memiliki paket lengkap mulai dari pemeriksaan hingga pengobatan.

“Pemerintah sudah begitu banyak menginvestasikan dananya untuk menyehatkan masyarakat dalam program TBC ini. Tidak main-main. Kalau itu sudah ada namun masyarakat tidak mau memanfaatkan itu, sayang sekali. Padahal itu gratis,” bebernya.

Baca juga: Berdasarkan Penelitian, Dengarkan Lantunan Al-Qur’an Dapat Tangkal Penyakit

Padahal Sulaeman meyakinkan, TBC bisa disembuhkan jika pasien sabar dan rutin melakukan pengobatan. Minimal butuh enam bulan agar pasien bisa dinyatakan sembuh total dari infeksi TBC. Dia menyadari, perlu upaya lebih massif lagi untuk menggalakkan mengenai bahaya TBC supaya memiliki daya ungkit yang terasa di masyarakat.

“Sebetulnya bisa sembuh total kalau pengobatannya rutin dan disiplin. Tinggal masyarakat sabar, karena pengobatan TBC ini tidak singkat. Minimal 6 bulan, bisa nambah 9 bulan, satu tahun bahkan bisa lebih dari itu kalau pengobatannya tidak disiplin,” tutupnya. (Ahmad/Red)

Berita Terkait