IAKMI Minta Pemerintah Perhatikan Pemenuhan Gizi Tenaga Kesehatan Selama Ramadhan

Ilustrasi Tenaga Kesehatan

JAKARTA, BINGAR.ID – Saat menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, tubuh mengalami lemas. Hal itu sangat lumrah, karena tubuh tidak mendapat asupan gizi selama berjam-jam setelah sahur.

Dimasa pandemi virus corona atau Covid-19, kekurangan gizi dapat menurunkan imunitas didalam tubuh, sehingga sangat rentan terserang Covid-19, jika terus berbaur dengan orang banyak atau pasien Covid-19.

Oleh karena itu, Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI), Syahrizal Syarif meminta, agar pemerintah dapat memperhatikan pemenuhan gizi dan imunitas tubuh para Tenaga Kesehatan (Nakes), dalam menangani pasien Covid-19.

“Problem yang harus diperhatikan (dalam masa puasa) itu, terutama untuk tenaga medis. Pemerintah sebaiknya memang harus meningkatkan kualitas gizinya (Tenaga Kesehatan),” kata Syahrizal.

Menurut Syahrizal, menangani pasien Covid-19 sambil menjalankan ibadah puasa tidaklah mudah. Hal itu dikarenakan, adanya waktu pekerjaan tenaga kesehatan dalam menangani pasien Covid-19 yang cukup panjang, serta adanya berbagai tekanan ditengah-tengah hiruk-pikuk penanganan pasien.

“Karena mereka bekerja cukup lama dan dalam suasana yang setress, tekanan, jadi memang harus kita buat tenaga medis tenang,” jelasnya.

Perhatian pemenuhan gizi itu jelasnya, dengan melalui para pemasok makanan bagi para Tenaga Kesehatan.

Dimana, Syahrizal yang merupakan ahli epidemiologi atau virus dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) itu menjelaskan bahwa bagi para pemasok makanan untuk tenaga kesehatan, dapat dengan memilah makanan sahur maupun buka puasa, yang akan diberikan bagi tenaga kesehatan dengan tingkat gizi yang lebih baik.

“Jumlah proteinnya lebih banyak. Gizinya harus baik. Untuk berbuka yang lebih ringan, artinya yg manis-manis, makanan yang gampang diolah. Tapi kalo untuk sahur, itu sebaiknya makanan-makanan yang sebaiknya seratnya banyak, protein tinggi, lemak tinggi karena lemak lama diolahnya. Jadi memang harus ada perbedaan antara menu sahur sama menu berbuka,” pungkasnya. (Fauzan/Red)

Berita Terkait