LEBAK, BINGAR.ID – Awal tahun 2021, masyarakat kembali diserang “virus”. Kali ini virus tambahan itu berupa naiknya harga kacang kedelai yang mengakibatkan harga tahu dan tempe ikut meroket.
Kondisi ini tentu dikeluhkan oleh pengusaha tempe. Seperti yang diutarakan seorang produsen tempe di Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Sampurna.
Dia menyebut, kenaikan harga kacang kedelai dianggap tidak wajar. Sebab biasanya dia membeli kedelai seharga Rp8.000/kg, kini tembus diangka Rp12.000/kg.
Baca juga: Senin, Harga Tahu Tempe Diperkirakan Alami Kenaikan
“Kedelai yang biasa harganya Rp8.000/kg saat ini menjadi Rp12.000/kg. Itu mah namanya bukan naik, tapi pindah harga. Sedangkan harga penjualan tidak naik, karena pembeli tidak mau tahu, beli seperti biasa saja,” kata Sampurna kesal, Selasa (5/1/2021).
Akibat kenaikan harga kedelai itu, Sampurna menyebut beberapa pabrik tempe di Malingping terpaksa harus tutup. Diduga, mereka tak sanggup untuk membeli bahan baku yang harganya “mencekik”.
“Setahu saya ada sekitar 23 pabrik tempe dan 8 pabrik tahu di Malingping. Untuk pabrik tempe, saya dengar tinggal 3 pabrik yang masih produksi, sedangkan yang lain berhenti dulu. Entah gulung tikar atau berhenti sementara,” ungkapnya.
Baca juga: Kedelai Mahal, Pedagang Tahu Tempe di Pasar Rau Kalang Kabut
Terpisah, Ujiah salah seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) di Malingping menyebutkan, bukan hanya tempe saja yang naik harga, akan tetapi sejumlah barang pokok dan bumbu-bumbuan dapur pun ikut naik di pasaran.
“Tempe sekarang agak kecil dari kemasan biasanya. Bukan hanya tempe pak, cabai pun sekarang sangat mahal, harga telur pun sudah naik menjelang akhir tahun kemarin, pokoknya sembako dan bumbu-bumbu dapur lainnya serba naik,” tandasnya. (Syamsul/Red)