Habiskan Rp1,6 Miliar, Terminal Panimbang Sudah 5 Tahun Terbengkalai

Terminal Panimbang di Kecamatan Panimbang Terbengkalai (Foto. David/Bingar)

PANDEGLANG, BINGAR.ID – Terminal Panimbang yang dibangun pada tahun 2015 lalu, kini terbengkalai dan memprihatinkan. Bangunan yang menghabiskan anggaran sebesar Rp1,6 Miliar itu, sama sekali tidak bisa dipergunakan dengan baik lantaran akses jalan yang tidak memadai.

Dari pantauan wartawan, Senin (13/7/2020), saat ini terminal yang berlokasi di Desa Panimbang, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang itu, terlihat kumuh. Bahkan terkesan tidak dirawat, karena banyak rumput dan ilalang disekitarnya.

Akibat tidak berfungsinya terminal tersebut, kondisi Pasar Panimbang menjadi semrawut, lantaran banyak kendaraan yang berhenti dan mangkal di bahu jalan pasar.

Suha (50) seorang warga yang memanfaatkan terminal Panimbang untuk menaruh barang sebelum diangkat ke gudang, mengaku, akses masuk ke terminal sangatlah sempit dan rusak. Ia menduga, hal tersebut menjadi alasan utama bagi para sopir angkutan umum yang beraktivitas di pasar Panimbang.

“Jalan ke kiri itu tembus ke Kecamatan, ke kanan ke pasar, itu akses jalannya kecil. Jadi mobil juga pada males masuk ke terminal, akhirnya ya terminal ini terbengkalai, mungkin faktornya jalan sih. Soalnya kecil, kalo papasan itu sempit, repot,” katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, terminal tersebut hanya sempat beroperasi beberapa waktu saja setelah diresmikan. Setelah itu tidak lagi dipergunakan layaknya terminal, hingga saat ini.

“Sudah lama enggak difungsikan. Akhirnya, angkutan umum pada mangkal di depan Masjid Agung Al-Raudhah, Panimbang,” ujarnya.

Terpisah, seorang sopir angkutan umum yang ditemui di Pasar Panimbang mengaku, kebanyakan angkutan umum mangkal di depan masjid. Karena akses jalan ke terminal yang disediakan oleh pemerintah, tak layak.

Selain itu ia mengaku, para penumpang kebanyakan tidak mau pergi ke terminal. Karena jarak yang lumayan jauh.

“Penumpang kebanyakan englak mau ke belakang (Terminal-red), kalau ke terminal harus naik ojek lagi. Kan susah kalau bawa barang-barang, kadang ada yang nunggu disana, di depan Kecamatan,” jelasnya.

Selain itu ia menjelaskan, ada ketidakadilan aturan yang di tetapkan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) seperti mobil angkutan elf (colt), jarang yang mau masuk ke terminal. Sementara angkot, diwajibkan mangkal di terminal.

“Kita mangkal di terminal nunggu penumpang, susah. Karena penumpang pada tahu kalau mobil elf, enggak masuk terminal, langsung lewat. Ya akhirnya pada naik elf,” cetusnya

Ia berharap, kalau memang terminal mau dipergunakan lagi, hal utama yang harus diperhatikan adalah akses masuk ke terminal tersebut, sebab, kalau akses jalan kecil dan rusak seperti saat ini aktivitas lalau lalang akan semrawut.

“Harusnya akses jalannya dulu diperbaiki. Mobil kecil saja pada lecet kalau ke terminal, karena banyak pedagang dipinggir jalan. Apalagi kalau mobil besar kayak elf masuk ke terminal, susah jalannya,” ucap seorang sopir angkutan umum yang tidak mau disebutkan namanya.

“Jangan karena hal itu, kami (supir angkot-red) yang disudutkan. Yang bikin macet itu kadang mobil pribadi, atau mobil preman yang asal berhenti di bahu jalan,” tandasnya. (David/Red)

Berita Terkait