BINGAR.ID – Italia mengawali petualangan mereka di Euro 2020 dengan kemenangan menjanjikan atas Turki, 3-0, Sabtu (12/6/2021) dinihari WIB.
Dalam pertandingan pembuka di Grup A itu, skor kemenangan Gli Azzurri memang tidak mewah-mewah amat, sebatas menyentuh angka tiga. Namun, bila melihat statistik mereka di Olimpico, siapa pun barangkali akan geleng-geleng.
Pasukan Roberto Mancini mampu menguasai bola mencapai di atas 60 persen. Tak hanya itu, mereka juga berhasil memproduksi hingga 24 tembakan, bandingkan dengan Turki yang hanya tiga kali menyerang pertahanan Italia.
Baca juga: Deretan Pesepakbola yang Gagal Jadi “The Next Lionel Messi”
Oleh para pandit, Italia tidak ditempatkan di garda depan sebagai tim favorit juara. Namun, bila mencermati Italia era kekinian, filosofi permainan mereka jauh berbeda dari sebelumnya, dan naif rasanya jika tidak mempertimbangkan mereka sebagai kandidat juara. Goal Indonesia punya tiga alasan kenapa Italia pantas dijagokan.
Pertahanan paten: sembilan clean sheet beruntun!
Italia polesan Mancini telah membuktikan bahwa mereka memiliki pertahanan yang supertangguh.
Dengan dipimpin duo veteran milik Juventus, Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini, jauh sebelum kemenangan bersih atas Turki, Azzurri menampilkan lini defensif yang kukuh bak karang.
Total, sembilan kemenangan secara beruntun diamankan Italia dengan tanpa sekali pun kebobolan alias clean sheet, tentu termasuk raihan positif 3-0 atas Turki tadi malam. Selama periode itu, Italia juga sanggup mencatatkan produktivitas gol yang begitu dahsyat: 28-0!
Kabar baik lainnya, kemenangan di Roma itu membuat Italia kini memperpanjang rekor tak terkalahkan menjadi 28 pertandingan, menggambarkan tranformasi luar biasa mereka di bawah racikan tangan dingin Mancini. Pertahanan solid yang telah dibangun ini jelas akan menjadi modal penting untuk melaju di Euro edisi kali ini sejauh mungkin.
Patahkan tradisi, suntikkan darah muda
Di awal penunjukannya sebagai pelatih kepala Italia, Mancini pernah berjanji, akan membuat tim ini “terlahir kembali” dan membuang gaya serangan balik konservatif khas Azzurri yang telah membantu mereka mengangkat empat gelar Piala Dunia.
Pendekatan berani dalam formasi 4-3-3 telah menghadirkan total 53 gol dalam 17 pertandingan terakhir Italia, di mana mereka hanya kecolongan tiga gol.
Poin pentingnya adalah Mancini membuat penekanan yang cukup besar untuk memberi panggung bagi para pemain muda. Enam pemain dari skuad yang mencapai semi-final Kejuaraan Eropa U-21 pada 2017 lalu dipadukan dengan wajah-wajah sepuh seperti Chiellini, yang tampil impresif di laga kontra Turki, dan Bonucci.
Dan yang terbaru dan jadi bahan pembicaraan publik, yakni pemanggilan mengejutkan penyerang Sassuolo berusia 21 tahun Giacomo Raspadori, melengkapi 35 debutan dari 67 pemain yang pernah terlibat sejak era Mancini dimulai.
Para darah muda di tubuh Italia ini disebut mantan pelatih Chelsea Roberto Di Matteo sebagai representasi kekuatan mendalam Italia untuk menaklukkan Euro. Dia mengatakan: “Itu menunjukkan kekuatan secara mendalam dan kualitas pemain yang datang dari tim U-21 dan di Serie A.”
Mesin gol bernama Ciro Immobile
Italia patut bersyukur memiliki penyerang tajam pada diri Ciro Immobile. Bila sebelum rezim Mancini Azzurri lebih menonjol di pertahanan solid mereka, sekarang lini penyerangan pun menuai puja-puji.
Immobile berhasil mewakili permainan Italia racikan Mancini yang jauh lebih segar dan tak lagi kolot, permainan yang menjembatani karakter pemain-pemain modern.
Statistik mencatat, penyerang 31 tahun ini sudah mengepak sembilan gol dalam 11 pertandingan terakhir Italia atau tiga gol dalam tiga laga beruntun, termasuk menginspirasi kemenangan 3-0 Italia atas Turki lewat sebiji gol dan assist-nya.
Menjadi topskor Serie A edisi 2019/20 dan membukukan 20 gol bagi Lazio musim lalu, Immobile akan diandalkan Italia untuk mencabik gawang para seteru dalam perjalanan ambisius tim di perhelatan akbar empat tahunan tersebut. (Red)